Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Seperti "Apocalypto", Badigulan, dan Arti Penting Keahlian Sang Rimbawan

13 Februari 2020   19:10 Diperbarui: 31 Juli 2021   08:28 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gugusan Pegunungan Dokumen pribadi

Seolah dengan melakukan semua itu, maka segala hal akan menjadi baik-baik saja dengan sendirinya. Namun, benarkah hal yang menakutkan, entah itu masalah yang berat atau ketakukan atas sebuah teror dan tekanan entah karena apapun dapat hilang dengan hanya menjadi penonton? Memang seringkali film yang mengangkat kisah fiksi memberikan gambaran atas realitas yang patut untuk kita pertimbangkan untuk dilakukan. 

Lihat saja, seorang protagonis yang sebenarnya sudah enak berlindung di sebuah bunker tapi ternyata lebih memilih untuk keluar dari lubang persembunyiannya untuk berbuat sesuatu sekecil apapun itu untuk mencari jiwa-jiwa lain yang mungkin masih selamat.

Di sebuah kota, di mana hampir sebagain besar warganya sudah terinfeksi dan berubah menjadi zombie, mayat hidup yang berjalan-jalan dan memangsa manusia yang masih sehat untuk dijadikan makanan atau dijadikan zombie baru untuk menambah jumlah bilangan mereka yang sejenis.

Kita barangkali membutuhkan seseorang seperti Imran untuk bisa lebih mengenali dan mencintai hutan kita. Sebagaimana Jaguar Paw yang berada di bawah sebuah air terjun di sisi sungai menantang komandan tentara suku Maya yang beridiri geram kehilangan buruannya dari atas di ujung aliran sungai yang jatuh menjadi air terjun ke sungai di bawahnya.

Kata Paw, "Hutan ini adalah rumahku, warisan dari ayahnya ayahku dan akan menjadi warisanku kepada anakku, dan diwariskannya lagi ke anaknya kelak" begitulah semangat yang harusnya ditularkan oleh setiap generasi kepada generasi di bawahnya, bahwa alam perlu dijaga kesinambungannya sebagai sebuah titipan bagi kita untuk diwariskan kelak kepada generasi selanjutnya.

Beberapa hal yang sempat aku pelajari dari Imran dari pengalamannya selama ini keluar masuk berbagai hutan, sebagai bekal untuk pertolongan pertama apabila kita menemukan berbagai kejadian di hutan antara lain:

  • Apabila di hutan tidak sengaja kita disengat oleh lipan, tidak usah panik. Segera saja tempelkan batu mancis (sebutan warga lokal di sini untuk pemantik api yang sering dipakai orang untuk menyulut rokok) pada bekas sengatan lipan. Segera akan keluar buih atau busa dari lubang bekas sengatan lipan itu, dan batu mancis itu tidak akan jatuh hingga seluruh bisanya habis keluar. Dalam hal ini, kita patut untuk tidak mencap buruk perokok yang menemani kita kehutan. Barangkali akan ada saatnya kita membutuhkan batu mancisnya untuk pertolongan pertama.
  • Apabila disengat lebah juga tidak usah panik. Untuk pertolongan pertama pada kasus ini adalah tahi lidah, atau apapun sebutannya, yang bisa dikerok dengan kuku jari pada permukaan lidah di pangkalnya, oleskan pada bagia yang disengat. Atau kalau lidah kita sangat bersih hingga tak bertahi, jangan resah, bisa juga oleskan air seni kita sendiri. Dalam hal ini, kita perlu belajar, tidak selamanya yang dinamakan tahi atau kencing tidak bermanfaat. Kita tidak perlu menilai buruk sesuatu yang bahkan bernama tahi atau kencing, mungkin suatu saat ia akan bermanfaat. Tapi jelas sekali, kita tidak perlu buang tahi atau kencing sembarangan, selain itu tidak beretika, kita juga jangan membuang sesuatu yang suatu saat mungkin akan berguna.
    Jangan juga risih, kalau tidak suka dengan itu kotoran, kita juga bisa menggantinya dengan mengoleskan getah batang pisang pada bekas sengatan lebah sebagai pertolongan pertama. Lebah sendiri memiliki berbagai jenis, yang saya tidak terlalu paham bahasa Latin atau istilah ilmiahnya, seperti Imran, ia juga belajar dari pengalaman ayahnya yang direkam dalam benaknya dan diuji cobanya sendiri di alam. Untuk jenis lebah tertentu, selain getah batang pisang, cabe rawit juga berkhasiat untuk mematikan efek bisa lebah. Oleskan saja cabe rawit pada bekas sengatan lebah.

Masih banyak hal lainnya yang mau saya tanyakan kepada kawan saya Imran. Tapi karena waktu yang terbatas dan percakapan itu berlangsung di tengah acara pesta adat perkawinan sanak saudara kami, maka cukup yang tiga itu saja dulu pada kesempatan ini saya bagikan.

Hal lainnya yang membuat saya merasa dia mirip dengan Jaguar Paw tidak saja dalam parasnya adalah, hobi berburunya. Imran bersama beberapa laki-laki lain dari kampung kami sering juga diundang oleh warga dari desa lain untuk memburu celeng atau babi hutan yang merupakan hama dan apabila mengganas akan sangat mengganggu bagi para petani.

Imran dan temannya bahkan bisa sampai berburu babi hutan hingga ke hutan-hutan sekitar Sibolangit yang sudah merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang, dan jaraknya sekitar 50-60 kilometer dari desa kami. Bahkan pernah juga sampai ke Parapat, sebuah daerah di sekitar pinggiran Danau Toba yang termasuk wilayah Kabupaten Simalungun.

Sekali berburu, biasanya Imran pergi bersama sekitar 7 orang pria lainnya, di samping itu mereka akan ditemani sekitar 15 ekor anjing pemburu yang terlatih. Bahkan tidak jarang mereka ditemani juga oleh pria di desa yang mengundang mereka untuk berburu dan anjing-anjingnya. 

Uniknya, meskipun tidak saling mengenal, untuk jenis anjing pemburu, anjing-anjing lintas desa ini tidak mebutuhkan waktu lama untuk bisa akrab dan tampil kompak dalam kerja sama saat berburu bersama di tengah hutan. Hmmmm, mengapa terkadang manusia saja susah bekerja sama ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun