Pada suatu kesempatan ketika mengikuti acara pesta adat pernikahan menurut adat istiadat suku Karo di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara, saya bertemu dengan teman lama semasa masih duduk di bangku Sekolah Dasar di kampung.
Kami tumbuh dan besar bersama di kampung yang terletak persis di kaki gunung, tak jauh dari sana ada hamparan sawah dan aliran sungai yang tenang di sepanjang sisi nya.
Satu jam berbincang dengan beliau, waktu tidak terasa cepat berlalu. Kami larut dalam percakapan tentang seluk beluk flora dan fauna yang hidup di hutan belantara sekitar desa, maupun hutan belantara di tempat-tempat lain yang sering dimasukinya.
Dan tidak ada guru yang lebih utama selain dari pada pengalaman sendiri. Teman masa kecil saya ini adalah seorang Rimbawan yang dibesarkan sendiri oleh alam.
Imran Barus adalah nama teman saya ini. Ia adalah anak ke lima dari enam bersaudara. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Melihat parasnya apalagi setelah puluhan tahun tidak bertemu, saya seperti melihat sosok Jaguar Paw.
Film Amerika produksi tahun 2006 ini disutradarai oleh Mel Gibson. Kisah dalam film terjadi pada masa keruntuhan peradaban Maya, yang menceritakan perjalanan Jaguar Paw yang kabur dari ritual pengorbanan manusia dan menyelamatkan keluarganya dari serangan suku Maya lain, yang menculik laki-laki dari suku lain untuk dijadikan persembahan dan wanita-wanitanya menjadi budak yang bebas untuk mereka perjualbelikan.
Film itu menampilkan manusia-manusia berwajah murung dengan tubuh yang dekil seperti tidak terurus karena dirundung rasa takut dan kecemasan akan ketidakpastian dengan keselamatan mereka sendiri. Bahkan anak-anak yang terlantar ditinggal ibu dan bapanya yang mungkin tewas dibunuh, dikorbankan atau dijadikan budak oleh suku lain.
Dan mereka percayai itu adalah Paw, yang memang sempat melarikan diri dari kejaran seekor Jaguar hitam di tengah pelariannya di dalam hutan, bukan karena jaguar itu adalah temannya.