Proskomtis, singkatan dari Prosedur Komunikasi Taktis, adalah istilah yang sering ditemui dalam dunia komunikasi, khususnya komunikasi melalui Radio. Ini adalah pelajaran lain di balik kisah pelaksanaan tugas Panitia Seleksi Penerimaan Calon PNS Tahun 2019.
Maksud dari suatu prosedur tetap dalam sebuah proses komunikasi, terkait penggunaan HT atau Radio adalah sebagai aturan yang baku tentang tata cara berkomunikasi, dengan tujuan agar komunikasi yang terjadi terlaksana dengan baik dan memenuhi sasaran yang diharapkan.
Dalam seleksi penerimaan Calon PNS, terutama bagi daerah yang tidak memiliki fasilitas gedung yang memang dikhususkan untuk tujuan asessment atau untuk tujuan peningkatan kompetensi melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, maka sering kali gedung sekolah yang dijadikan titik lokasi pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Apalagi di lokasi sekolah dengan bentang denah yang luas, gedung sekolah yang dibangun dengan formasi umumnya letter U atau bentuk persegi tersambung, dengan lapangan di tengahnya, di tambah fasilitas lain yang tersebar di sekitarnya, semisal kantin, toilet, laboratorium, perpustakaan, mushola, ruang bimbingan konseling, ruang guru, ruang praktikum, dan sebagainya, adalah gambaran denah sebuah medan operasi yang menuntut tersedianya media komunikasi taktis yang praktis.
Adalah Guglielmo Marconi, seorang ilmuwan Italia yang pada tahun 1896 mendapatkan hak paten atas telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit, yang hanya dapat mengirim sinyal pada jarak dekat. Hal inilah yang memulai perkembangan teknologi radio. Pada tahun 1897, Marconi kembali mempublikasikan penemuan transmisi sinyal nirkabel pada jarak yang lebih jauh, yakni 12 mil atau 19.000 m.
Sementara itu, dalam perkembangannya, pada tahun 1937, seorang penemu asal Kanada bernama Donald Lewes Hings, menemukam alat waterproof 2 ways radio yang diberi nama walkie talkie. Alat ini diproduksi pertamakali untuk Dominico pada tahun 1938.
Walkie talkie atau waterproof 2 ways radio, disebut juga dengan Light Aircraft Emergency Set, yang pada akhir tahun 1938 dikembangkan oleh Hings untuk keperluan kabin pesawat udara permanen, dan dapat bekerja efektif dalam jangkauan wilayah 250 miles pada frekuensi 5000 kilocycles. Pada awal tahun 1940, Hings mengirimkan surat kepada Canadian Air Force berhubungan dengan wireless transceiver suara untuk penggunaan pesawat udara militer, dan memiliki fungsi yang sangat penting.
Sedangkan, istilah handy talky (HT) sendiri berasal dari kisah yang tidak kalah menarik dari tahun 1941, ketika seorang prajurit yang berjalan menggunakan C18 dengan seragamnya ditanyai oleh seorang reporter tentang apa yang prajurit itu sedang lakukan.Â
Prajurit tersebut membalas dengan mengakatan: "Kau dapat berbicara (talk) dengan ini (C18) disaat kau sedang berjalan (walk) menggenggam ini (C18)". Dari peristiwa itulah para jurnalis menuliskan istilah Handy Talky (HT) pada berita harian mereka mengenai penemuan terbaru tersebut.
Menilik dari kisah tersebut di atas, maka tidak heran, mengapa keahlian komunikasi radio menjadi sebuah keahlian yang sangat penting dalam dunia militer, melihat sejarahnya yang berhubungan erat dengan kepentingan penerbangan, maupun kepentingan sehari-hari lainnya.Â
Tidak kurang dari salah satu pasukan elit milik TNI, Den Jaka, yang merupakan singkatan dari Detasemen Jala Mangkara, yang juga mencatatkan keahlian komunikasi radio sebagai salah satu keahlian khusus yang dimiliki oleh personilnya, di samping keahlian penggunaan senjata, survival di hutan rimba, berenang dengan tangan dan kaki terikat, penerjunan malam, dan tentu saja berenang atau menyelam.