Barangkali itu memang permainan sederhana, karena pola dan rumus deret yang baku dan sudah dipahami akan memberikan jawaban yang tepat untuk setiap kombinasi. Namun, kecepatan seseorang dalam membaca pola dan deret, baik deret angka maupun geometrik, tentu berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan seseorang.
TIU sendiri erat kaitannya dengan kemampuan verbal meliputi analogi, silogisme dan analitik. Juga berhubungan dengan kemampuan numerik yang meliputi kemampuan berhitung, deret angka, perbandingan kuantitatif dan soal cerita. Di samping itu juga berhubungan dengan kemampuan figural meliputi ketidaksamaan dan serial.
Barangkali apa yang berbeda dengan para pelamar calon PNS ini dari seorang Nur Afandi adalah ia tidak mengetahui istilah akademik dari potensi diri yang ia miliki, karena tidak pernah mengecap megahnya "altar suci" akademika di bangku kuliah.Â
Dunia akademik sendiri tidak kurang dari sejuta paradoks yang melingkupinya, terutama dalam adab orang-orang di belahan bumi dengan generasi sarimin yang ketagihan kuliah, dalam istilah di bukunya Rhenald Kasali, Change! Kuliah demi selembar ijazah, STTB, surat tanda tamat tapi bodoh.
Memang tidak semua seperti itu, hanya sekadar gambaran bahwa kulit tidak selalu menentukan isi. Bukan masalah siapa dan dimana ia berada yang utama, tapi bagaimana ia menjalankan perannya.Â
Bukankah dari sana asal ungkapan bahwa emas akan selalu menjadi emas sekalipun di dalam lumpur? Meskipun pada diri manusia ada juga emas yang menjadi suasa dalam lingkungan lumpur yang feodalistik seperti pada diri Nur Afandi. Kalau bukan dijajah oleh orang lain atau kultur, bisa saja manusia terjajah oleh pikirannya sendiri.
Demikianlah sedikit cerita di balik layar pelaksanaan SKD dari sub kompetensi intelegensia umum. Mungkin sisa empat hari tes SKD ini akan menghadirkan juga kisah unik, menarik, menghibur dan inspiratif, atau bahkan tidak menarik dari sub kompetensi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), maupun Tes Karakteristik Pribadi (TKP), dalam diri orang-orang luar biasa atau tingkah-tingkah konyol dan kejadian-kejadian unik di sekitar seleksi kompetensi untuk menjaring orang-orang yang lulus dengan maksud membangun karir. Sebuah paradoks.
Referensi:
Permanpanrb Nomor 23 Tahun 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H