Dalam kenyataannya, orang-orang masa kini mungkin sudah lebih banyak yang mencari referensi ke dunia maya, termasuk seputar pertanyaan dan kunci jawaban sebelum berangkat ke sebuah wawancara kerja, atau untuk mengikuti tes kompetensi. Mereka yang menemukan artikel sederhana ini, mungkin tidak menyadari kalau sebenarnya penulisnya sendiripun barangkali bukan orang yang kompeten.
Bagi manusia yang hidup dalam dunia yang demikian, dimana orang-orang yang hidup di kenyataan tapi mungkin sudah lebih banyak mencari referensi ke dunia maya, bila merujuk ke pendapat Romo Y.B. Mangunwijaya dalam buku "Burung-Burung Rantau", bahwa bukanlah penulis artikel ini yang merupakan hal yang nyata, melainkan ide dalam artikel inilah yang dipandang sebagai kenyataan.Â
Dunia ide yang seperti itu pada masa kini sudah sama nyatanya dengan rasa sakit bila digigit tawon. Begitulah kenyataan dalam dunia hiperrealitas saat ini, membuat yang maya dan yang nyata hanya terpisah tirai setebal kulit ari.
Dikenal atau tidak dikenal, menghasilkan atau tidak, teruslah menulis bila itu memang hobi yang membuatmu sungguh sangat berhasrat setiap kali kau memikirkannya. Hasrat seperti itulah yang akan melahirkan rasa cinta, dan dunia kita kini sungguh sangat membutuhkan jauh lebih banyak lagi cinta kalau tidak suka mengatakannya bahwa jangan-jangan dunia kita saat ini memang sudah kehilangan terlalu banyak rasa cinta.
Berhasrat menekuni hobi menulis sebagai peluang karir kedua, bukan tidak mungkin akan membawamu kepada sebuah peristiwa personal yang mengubahkan hidup.Â
Lupakan segala perkara personal yang membuatmu menyesali waktu-waktu yang lalu, karena masih banyak hal yang bisa dituliskan, disyukuri dan diapresiasi. Seperti contohnya artikel sederhana yang kau temukan saat ini. Salam hangat kompasianer, selamat menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H