Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendapatan Mak Perdo di Luar Tanggung Jawab Percetakan

12 Januari 2020   12:41 Diperbarui: 12 Januari 2020   12:43 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mak Perdo dan buku-buku dagangannya (dokpri)

Namun, seperti percetakan yang tidak bertanggung jawab terhadap isi buku, demikian juga kualitas novel "Burung-Burung Rantau" dengan latar filsafat lintas negara, baik  Indonesia, Yunani, Swiss, dan India, yang bisa hadir di Kabanjahe karena dijual oleh Mak Perdo, ternyata tidak mampu bertanggung jawab terhadap pendapatan harian Mak Perdo dari hasil penjualan buku. Sayang sekali, padahal itu buku bagus, dan barangkali masih ada buku-buku bagus lainnya yang dijual Mak Perdo.

Ia mendapatkan buku-bukunya dari agen penjualan buku di Medan. Sesekali ada juga agen yang datang menawarkan buku kepadanya. Namun, saat ini memang buku-buku yang dijual oleh orang-orang seperti Mak Perdo sudah kalah dengan warnet dan mesin pencari di internet yang dengan mudah menghadirkan apa saja yang ingin diketahui manusia langsung di depan matanya.

Bahkan, ada satu toko buku di kampung ini yang dulunya sangat terkenal, termasuk saya juga pernah meminjam buku dan komik di sana saat masih di bangku SMP, melalui Mak Perdo saya tahu kalau pemilik toko buku itu saat ini sudah menjadi penjual bumbu masak. Mak Perdo sendiri, dulunya sebelum menjual buku adalah seorang penjual daun sirih dan kelengkapannya. Di kampung ini sirih memang menjadi "kudapan" khas bagi sebagian besar ibu-ibu, khususnya yang sudah berumah tangga dan dalam acara-acara pesta adat.

Saat saya tanyakan apa rencananya, bila minat orang-orang untuk membeli buku terus semakin merosot sehingga dagangannya semakin sepi, dia mengatakan mungkin dia akan ikut suaminya saja, mengolah tanah dan bercocok tanam di ladang sebegai petani.

Itu adalah sebagian realitas, bahwa waktu dan perubahan sudah menggulung tikar penjual buku hingga beralih menjadi penjual bumbu. Sebagian lainnya mungkin saja akan kembali mengolah tanah dan bercocok tanam di ladang-ladang. Seperti Burung-Burung Rantau, waktu memungkinkan setiap orang menjadi berubah dan merantau melampaui batas-batas umum kebiasaan. Barangkali bagi sebagian orang, berubah dan merantau untuk sekadar menyambung hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun