Mereka sebenarnya saling mencintai, tidak menduga kalau masalah toilet ini akan menjadi serius membawa mereka ke perceraian. Bagi Jaya, apabila ia mundur dari sikapnya, maka ia akan dianggap menyerah dan akan menutup kesempatan bagi wanita di India, siapapun dia dan dengan masalah apa pun, untuk berani bersuara. Wanita-wanita desa itu mungkin hanya akan merasa kalau ternyata Jaya yang pemberontak saja akhirnya tunduk juga pada budaya dan agama.
Namun Keshav menyemangati dia. Bahwa kehilangan kesempatan mencintai Jaya sebagai istri dalam artian sebenarnya tidak akan pernah mengecewakan dirinya, apabila dengan demikian ia justru bisa menyelamatkan lebih banyak lagi kepentingan para wanita di India.
"Lebih baik kehilangan istriku dalam keadaan yang begini, daripada kehilangan dia di semak-semak dan lapangan terbuka" katanya. Itu adalah Jaya yang lebih daripada sekadar istri baginya. Maka mereka pun bersepakat untuk besok bertemu dalam sidang gugatan perceraian di pengadilan, gara-gara masalah toilet.
Dalam masa-masa persidangan itu wanita-wanita di desa Keshav pun semakin berpikir tentang kondisi mereka. Semakin banyak wanita yang berani menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami.
Bila dulu sering ada berita tentang pernikahan massal, maka pada masa itu stasiun televisi menayangkan fenomena yang lain, adanya perceraian massal di sebuah desa hanya karena satu alasan sepele yang sama "menuntut adanya toilet di rumah."
Perdana Menteri India menonton tayangan berita itu di televisi. Ketika ia bertanya kepada anak buahnya mengapa hal itu bisa terjadi, jawab anak buahnya: "Karena untuk membangun sebuah toilet hingga sampai di desa harus melewati tujuh kantor, dan itu bisa memakan waktu 11 bulan."
Kata sang Perdana Menteri: "Hanya yang terluka merasakan sakit. Beli 7 kunci untuk mengunci 7 unit toilet di kantor ini. Supaya orang sekantor merasakan apa yang dirasakan orang desa itu."
Dalam sidang pembacaan vonis atas kasus gugatan cerai Jaya terhadap Keshav itu, sidang sempat terhenti sejenak. Ada utusan yang katanya membawa surat dari Perdana Menteri India.
Ketua mahkamah pun membacakan putusannya, bahwa pengadilan menolak permintaan cerai, karena Pemerintah menerima permintaan Keshav untuk membangun toilet umum di luar desanya. Dalam sikapnya Keshav memang sejalan dengan Jaya. Kalau Jaya mengancam bahwa bila tidak ada toilet di rumah, maka tidak ada pernikahan. Maka Keshav bersikap, "Kalau kau ingin istrimu, kau harus punya toilet di rumah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H