Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasiana, Please Do Your Magic

20 November 2019   10:10 Diperbarui: 20 November 2019   10:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ruth Tandi Ramba dalam sebuah acara bertajuk

Sabtu, 17 Juni 2017, saya menyampaikan sebuah pesan melalui aplikasi messenger facebook untuk memastikan apakah itu benar dia, "Selamat pagi Ibu? Apakah Ibu adalah orang yang sama dengan Ruth Tandi Ramba, tokoh yang pernah saya baca kisahnya dalam buku yang berjudul Motivator Milik Desa? Saya sangat kagum dengan kiprah ibu dalam memberdayakan masyarakat desa sebagaimana diceritakan dalam buku itu."

Saat pertama kali saya membaca buku itu, kebetulan saya juga sedang bekerja pada instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat desa, khususnya pemberdayaan keluarga dan kaum perempuan di desa-desa Kabupaten Karo, melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), dari tahun 2006 hingga 2011.

Ibu Ruth membalas pesan saya itu setelah lebih kurang 29 bulan kemudian. Pada Rabu, 6 November 2019 yang lalu, tercatat pada pukul 20:22 wib, saya mendapat pesan balasan dari dia yang sangat istimewa bagi saya pribadi. Dia adalah seseorang yang hanya saya baca kisah hidupnya secara tidak sengaja dalam sebuah buku yang sudah sangat lusuh, yang saya pinjam dari rak buku rumah seorang pendeta di kampung saya, kira-kira pada 13 tahun yang lalu.

Katanya, "Selamat malam. Ya, saya Ruth Tandi Ramba, yang Pak Teo tulis di Kompasiana kalau tidak salah. Terima kasih. Saya sangat terharu membaca tulisan Bapak. Bertepatan di bulan yang sama, saudara Alex Mangoting juga menulis tentang saya di salah satu majalah. Hingga saat ini saya masih aktif bekerja sebagai direktur PUSBINLAT Motivator Gereja Toraja untuk beberapa desa di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Salam hormat dari saya bersama keluarga.Tuhan Yesus Memberkati."

Ibu Ruth Tandi Ramba dalam sebuah acara bertajuk
Ibu Ruth Tandi Ramba dalam sebuah acara bertajuk
Tulisan saya di Kompasiana yang dimaksud ibu Ruth adalah sebuah artikel kategori sosial budaya yang berjudul "Desa Itu Milik Siapa? Belajar dari Ruth Tandi Ramba, Sang Motivator Milik Desa", diposting pada Rabu, 19 Juni 2019. Jadi, kurang lebih lima bulan setelah tulisan itu, saya tidak saja bisa mendapatkan kontak dengan Ibu Ruth Tandi Ramba, tapi juga saya mengetahui dari dia sendiri bahwa sebelumnya dia sudah membaca tulisan saya tentang dirinya di Kompasiana.

Baca juga: Desa Itu Milik Siapa? Belajar dari Ruth Tandi Ramba sang Motivator

Senang sekali mendapat respons positif dari tokoh yang kita tuliskan kisah hidup terutama kiprah pengabdiannya. "Ya, Ibu. Salam hormat saya. Saya sangat senang dan merinding mendapat balasan langsung dari seorang pengabdi masyarakat seperti Ibu," balasku kepadanya.

Tulisan tentang beliau di Kompasiana itu dengan referensi yang sangat terbatas, sehingga tidak mungkin mengangkat seluruh kiprahnya yang sudah cukup panjang dalam pemberdayaan masyarakat, baik sejak dia masih di Tapanuli Sumatera Utara, hingga kini dia kembali mengabdikan dirinya di lapangan yang sama di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, bahkan di usianya yang tidak lagi muda.

Apa maksud judul tulisan ini seperti mengharapkan Kompasiana melakukan sihirnya untuk sebuah keajaiban? Ya, sedikit banyak mungkin seperti itu. Perjumpaan yang masih sebatas komunikasi tidak langsung melalui WhatsApp dan messenger dengan ibu yang baik ini pun sudah merupakan sebuah keajaiban menurutku, terlebih lagi percakapan itu justru terjadi setelah dia membaca atau diceritakan orang kepadanya kisah tentang dirinya di Kompasiana. Maka barangkali, tidak berlebihan juga, kalau saya mengharapkan keajaiban Kompasiana yang bisa mempertemukan saya dengan banyak lagi Ruth Tandi Ramba-Ruth Tandi Ramba baru yang bisa memotivasi kami orang-orang desa.

Mengutip sebait tulisan dari buku "Soekarno: Kuantar ke Gerbang", yang ditulis oleh Ramadhan K. H., bahwa Maria Theresa, istri Rousseau, tidaklah memberikan sumbangan pikiran atau teori untuk revolusi Prancis. Begitupun Kasturbay, istri Mahatma Gandhi, tidaklah memberikan sumbangan pikiran atau teori untuk revolusi India.

Demikian pula Inggit Garnasih, tidak memberikan sumbangan pikiran dan teori kepada Sukarno untuk revolusi Indonesia. Tetapi, kasih sayang dan kesetiaan yang tiada goyah dari mereka, para istri, kepada suami yang sedang mengalami cobaan dan derita dalam perjuangan, mempunyai satu kesamaan, itu adalah bhakti para istri kepada bangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun