"Qui bene cantat, bis orat," sebuah ungkapan dalam bahasa Latin yang berarti "Ia yang bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali."
Khusus tentang lagu, khususnya lagu-lagu rohani, biasanya ada sebuah kisah yang melatari terciptanya sebuah lagu. Begitu juga di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Ada sebuah kisah yang melatari penggubahan Lagu Pujian yang diberi nomor 105 berjudul "Lawes Me Kam Mejuah juah," yang bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "Pergilah Dalam Damai Sejahtera."
Dari lagu itu, warga jemaat bisa mengambil bagian renungan dari kenyataan kisah kehidupan istri Pdt. Wijngaarden dan anaknya yang masih kecil, saat selanjutnya mereka dipanggil kembali pulang ke Belanda dari ladang misi zending di pedalaman Desa Buluhawar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara pada 1800-an lampau. Ia kembali pulang meninggalkan jasad suami, ayah dari anaknya, yang dimakamkan di Buluh Awar.
Itu adalah salah satu contoh bentuk nyata yang bisa digunakan untuk belajar memahami bagaimana sebenarnya seorang manusia biasa, mampu setia sekalipun menderita, melalui syair-syair dalam sebuah lagu. Pada Gereja GBKP, lagu-lagu rohani yang dipakai dalam ibadah dan acara-acara kebaktian dirangkum dalam sebuah buku yang dinamakan Kitab Ende-enden GBKP (KEE GBKP).
Saat Pdt. M. Joustra datang dari Belanda menggantikan mendiang Pdt. Wijngaarden, ia menggubah sebuah lagu yang kini menjadi bagian dari 500 nomor rubrikasi KEE GBKP, pada nomor 105, berjudul "Lawes Me Kam Mejuah-juah."
Setiap menyanyikan lagu ini, akan membawa jemaat meresapi kenangan akan tulusnya pelayanan para misionaris, pembawa kabar baik, termasuk Pdt. Wijngaarden yang meninggal di Buluh Awar karena serangan disentri.
Baca juga: pengorbanan di buluh awar dan kisah christopher winnie the pooh robin renungan menyambut paskah
Ia dan yang lainnya, yang meninggalkan kenyamanan Eropa, kampung halamannya, untuk sebuah misi cinta kasih bagi orang-orang Karo, mulai dari pedalaman Buluh Awar. Maka patutlah orang-orang yang merasakan sentuhan kasih itu bernyanyi melalui sebuah lagu, yang merupakan doa dan harapan bagi kebaikan keluarga para misionaris yang telah memperkenalkan hidup yang baru bagi mereka. Bernyanyi adalah berdoa dua kali.Â
Menyadari hal itu, jemaat GBKP patut mengucapkan puji syukur kepada Yesus Kristus, sang Kepala Gereja, di mana sesuai dengan amanah Sidang Sinode GBKP tentang rubrikasi KEE GBKP, saat ini KEE GBKP sudah mencapai 500 rubrikasi.
Pencapaian 500 rubrikasi ini telah melalui sebuah proses yang cukup panjang. Dimulai dari masa zending sampai dengan saat ini. Proses yang dimulai sejak masa zending dengan menggubah dan menterjemahkan lagu-lagu gereja bergaya Eropa, hingga pada saat ini berbagai aliran mood telah diaplikasikan kedalam KEE GBKP, baik yang bergaya Eropa, Asia, tradisi oikumene Indonesia, bahkan bermuatan lokal Karo, berikut dengan kontekstualisasinya.
Proses rubrikasi KEE GBKP sudah menjalani beberapa periode, dimana banyak komponis yang telah terlibat di dalamnya, yang mungkin saja selama ini terlupakan dalam pelayanan gereja kita, GBKP. Para komponis itu adalah jemaat Tuhan yang telah mempersembahkan diri dan talentanya untuk dipakai menjadi alat pelayananNya dalam menumbuhkembangkan iman jemaat melalui Firman Tuhan yang telah digubah menjadi syair lagu dalam KEE GBKP.
Melihat kenyataan ini, warga gereja patut menyampaikan terimakasih dan mengapresiasi peran dan pelayanan para Komponis dan Panitia KEE GBKP yang telah bekerja sejak lama untuk kebaikan pelayanan dalam ibadah dan acara-acara kebaktian di GBKP.
Menyadari hal tersebut, maka Moderamen GBKP (sebutan untuk badan eksekutif pelaksana kebijakan, program dan kegiatan di GBKP) telah mengangkat Panitia Malam Penganugerahan Apresisasi Kepada Komponis KEE GBKP.
Moderamen GBKP telah melaksanakan serangkaian langkah-langkah persiapan, antara lain dengan melaksanakan pertemuan Panitia dengan para Komponis/ Keluarga Komponis KEE GBKP yang berdomisili di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Minggu, 11 Agustus 2019 dan dengan para Komponis/ Keluarga Komponis KEE GBKP yang berdomisili di wilayah Medan dan sekitarnya pada Senin, 26 Agustus 2019 di Retreat Center GBKP, Sukamakmur.
Pada acara tersebut akan dilaksanakan beberapa kegiatan, yakni Konser Lagu KEE GBKP, Penganugerahan Apresiasi kepada para Komponis KEE GBKP, dan Penyerahan karya cipta atas lagu-lagu KEE GBKP dari para komponis kepada GBKP.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menunjukkan apresiasi gereja kepada para komponis yang telah mempersembahkan diri dan talentanya melalui lagu-lagu, yang telah turut mengiringi perkembangan gereja dan pertumbuhan iman jemaat Tuhan melalui pengalaman iman dan Firman Tuhan yang telah mewujud ke dalam bentuk lagu-lagu yang ada pada Kitab Ende-Enden GBKP.
Ini adalah sebuah bentuk ungkapan syukur dan rasa terima kasih jemaat gereja atas peran serta dan pelayanan para Komponis dan Panitia Kitab Ende-Enden GBKP pada setiap periode perkembangan hingga mencapai 500 rubrikasi seperti saat ini.
Demikianlah nyanyian yang merupakan pujian, doa dan pengajaran yang di dalamnya merupakan kesatuan pelayanan dan kesaksian gereja. Lewat nyanyian kita akan melihat kehidupan gereja yang sedang bertumbuh oleh naungan Roh Kudus.
Maka tidak heran kalau GBKP juga terus menerus melakukan pembaharuan nyanyiannya lewat penggubahan, penciptaan maupun rubrikasi nyanyian jemaat yang kini berjumlah 500, dan diharapkan akan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan gerejaNya.
Puji syukur kepada Yesus Kristus sang Kepala Gereja. Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi Dia. Soli Deo Gloria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H