Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Manusia Menyakiti Bumi Menuliskan Sepucuk Surat Kepada Matahari

26 Juni 2019   18:27 Diperbarui: 28 Juni 2019   14:29 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panel surya dipasang di atap rumah untuk menangkap sinar Matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik (sumber: https://upload.wikimedia.org)

Lebih dari seratus halaman Surat untuk Ayah (Brief an den Vater) ditulis tangan oleh Kafka dan dititipkan kepada ibunya, Julie Lowy Kafka untuk diberikan kepada ayahnya, Hermann Kafka. Namun, hingga Kafka meninggal dalam usianya yang 41 tahun akibat tuberkulosis, kemungkinan surat itu belum sampai di tangan sang ayah.

Dalam salah satu bagian suratnya untuk ayahnya, Kafka menuliskan demikian:

"Untungnya ada perkecualian untuk hal ini, terutama saat kau diam-diam menderita, dan kasih sayang serta kebaikanmu bergabung melawan berbagai rintangan untuk menggerakkan hatiku. 

Memang itu jarang terjadi, tapi itu benar-benar luar biasa. Umpamanya, ketika aku dulu melihatmu kecapekan dan terkantuk-kantuk di toko usai makan siang pada musim panas yang menyengat, sikumu bertumpu di meja, atau pada hari-hari Minggu ketika kau bergegas mendatangi kami dengan nafas terengah-engah pada musim panas yang segar; atau sekali waktu saat Ibu sakit parah dan kau gemetar karena menangis, bertumpu pada rak buku; atau kali terakhir ketika aku sakit dan kau diam-diam mendatangiku di kamar Ottla, berdiri di ambang pintu, hanya melongok untuk melihatku yang terbaring di ranjang, dengan gerakan sambil lalu kau melambai kepadaku. Pada waktu-waktu seperti itu aku berbaring dan menangis bahagia, dan sekarang pun aku menangis lagi saat menuliskannya."

Dalam bagian lainnya, terkait dengan ibunya, walaupun surat ini ditujukan kepada ayahnya, Kafka menuliskan sebagai berikut:

"Tentu, kita harus ingat betapa menyiksa dan melelahkannya posisi ibu di dalam keluarga. Ia diperbudak di toko dan di rumah, merasakan penderitaan dua kali lipat dalam semua urusan keluarga, namun yang paling membuatnya menderita adalah saat berperan sebagai perantara antara kami dan dirimu. Kau dulu selalu penuh kasih dan pengertian kepadanya, tapi dalam hal ini, kau melindunginya tidak lebih baik ketimbang kami. 

Kami terus menyerangnya tanpa ampun, kau sendiri dari pihakmu, dan kami dari pihak kami. Bagi kami itu adalah pelampiasan, kami tidak tahu itu akan menyakitinya, kami tidak bisa mengetahuinya di luar perang yang kami kobarkan padamu, perang yang kau kobarkan pada kami, dan kami senang karena bisa menyalurkan frustasi kami kepadanya.

Hal ini tidak berkontribusi baik dalam pendidikan anak-anak sehingga kau, tentu saja, sama sekali tanpa merasa bersalah, menghukumnya alih-alih menghukum kami. Bahkan hal itu tampak membenarkan cara sebaliknya yang tidak bisa dibenarkan dalam memperlakukan dirinya. 

Betapa menderitanya ia di tangan kami karenamu dan di tanganmu karena ulah kami, belum lagi kejadian-kejadian ketika kau dalam posisi benar, karena memanjakan kami, bahkan jika sikap memanjakan ini tidak lebih dari sekadar pembalasan dendam secara diam-diam dan tanpa sadar dari pihaknya untuk melawan sistem yang kau ciptakan. Tentu saja, semua ini tak akan tertahankan bagi ibu, jika saja cintanya kepada kami, dan kebahagiaan yang ada dalam cinta itu, tidak memberinya kekuatan untuk menanggungnya."

Dalam kaitannya dengan sikap keras ayahnya kepada mereka, Kafka dan saudara-saudaranya (Kafka memiliki tiga adik perempuan; Elli, Valli dan Ottla), Kafka menuliskan seperti ini:

"Terkait pengalaman semacam itu, kau bisa menanggapi, dengan olok-olok getir, bahwa hidup kami terlalu mudah. Tetapi lelucon itu, dalam beberapa hal, sama sekali bukan lelucon. Apa yang harus kau perjuangkan, kami memperolehnya langsung dari tanganmu, tapi perjuangan untuk hidup mandiri, yang langsung kau hadapi sejak awal dan tentunya tidak bisa sepenuhnya kami hindari, sekarang harus kami perjuangkan di penghujung usia, dalam kedewasaan kami tetapi dengan kemampuan seorang bocah."

Dengan sebuah jalan pikiran yang mungkin tidak terlalu sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Kafka, apa yang disampaikannya dalam surat untuk ayahnya, melalui sebuah analogi untuk mensejajarkan cara pandang dalam memandang hubungan antara matahari sebagai ayah, bumi sebagai ibu dan manusia sebagai anak-anak dalam rumah tangga Bima Sakti, yang merupakan bagian kecil dari komunitas kosmos yang sangat besar, mungkin akan memberikan sebuah gambaran kepada kita mengenai rumitnya hubungan antar anggota-anggota keluarga itu. 

Hubungan yang penuh dengan berbagai tingkah dan perasaan dalam menjalani kehidupannya, sembari berusaha memenuhi harapan-harapannya, di tengah berbagai kenangan akan masa lalunya, baik suka maupun duka.

Seperti apa sosok matahari sebagai ayah?

Dari laman wikipedia, berdasarkan 113 sumber referensi dan 3 bahan bacaan lanjutan, dijelaskan bahwa Matahari atau Surya adalah bintang di pusat Tata Surya. Bentuknya nyaris bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet. 

Diameternya sekitar 1.392.684 km, kira-kira 109 kali diameter Bumi, dan massanya (sekitar 21030 kilogram, 330.000 kali massa Bumi) mewakili kurang lebih 99,86 % massa total Tata Surya.

Foto Matahari (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Foto Matahari (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Solar Maximum Mission, salah satu satelit yang diluncurkan Amerika Serikat untuk mempelajari Matahari (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Solar Maximum Mission, salah satu satelit yang diluncurkan Amerika Serikat untuk mempelajari Matahari (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Peradaban modern dengan kemajuan teknologinya, memungkinkan manusia untuk semakin mendekati dan mengenali matahari melalui eksplorasi ilmiah. Ini mungkin bisa dikatakan sebagai paradoks pertama dalam metafora hubungan ayah dan anak, dalam hubungan matahari dan manusia. Seringkali dalam keluarga, anak yang adalah darah daging dari sang ayah, hubungannya justru terpisah oleh jurang yang sangat lebar. 

Anak-anak, sebagaimana Kafka dengan adik-adik perempuannya terhadap ayahnya, Hermann Kafka, merasakan sebuah kecanggungan bahkan keengganan menghadapi sosok ayah kandung yang misterius dengan segala pikiran dan perasaannya yang sukar dimengerti. 

Kendati demikian, bukannya melulu pikiran buruk yang terbentuk pada diri anak-anak dalam memandang ayahnya. Sesekali perasaan bahagia turut terlintas dalam hatinya, yang tak jarang terwujud dalam tetes air mata haru. Bagaimanapun, dia adalah ayah, yang juga mengalami bahagia dan derita. Oleh karenanya, rasa ingin tahu ditambah rasa sayang selalu mengalahkan dendam yang mengiringinya.

Eksplorasi yang bertujuan untuk mempelajari tentang Matahari pertama kali berhasil masuk ke orbit Matahari adalah Pioneer 4, yang diluncurkan tanggal 3 Maret 1959 oleh Amerika Serikat. Ini menjadi pionir dalam sejarah eksplorasi Matahari. Keberhasilan tersebut diikuti oleh peluncuran Pioneer 5 hingga Pioneer 9, dalam rentang waktu selama 1959-1968.

Solar Maximum Mission (SMM) didesain untuk melakukan observasi aktivitas Matahari terutama bintik dan api Matahari saat Matahari berada pada periode aktivitas maksimum. SMM diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 14 Februari 1980. Selama perjalanannya, SMM pernah mengalami kerusakan, namun berhasil diperbaiki oleh awak pesawat ulang alik Challenger. 

SMM terus berada di orbit Bumi selama melakukan observasi. SMM mengumpulkan data hingga 24 November 1989 dan terbakar saat masuk kembali ke atmosfer Bumi pada 2 Desember 1989. Secara metaforis ini bisa dipakai untuk menggambarkan bagaimana keingintahuan anak dalam rasa sayangnya untuk mengenali sang ayah pun bisa berakibat fatal, bahkan membahayakan keselamatan nyawanya.

Misi eksplorasi Matahari yang paling terkenal adalah Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) yang dikembangkan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bekerja sama dengan Agensi Luar Angkasa Eropa (ESA) dan diluncurkan pada 12 Desember 1995. SOHO bertugas mengumpulkan data struktur internal, proses fisik yang terjadi, serta pengambilan gambar dan diagnosis spektroskopis Matahari. SOHO ditempatkan pada jarak 1,5 juta km dari Bumi dan masih beroperasi hingga sekarang.

Matahari juga berperan di berbagai kebudayaan dan kepercayaan

Hal ini dapat dilihat dari beberapa catatan berikut ini:

  • Ra (atau Re) dipuja sebagai Dewa Matahari sekaligus pencipta di kebudayaan Mesir Kuno. Pada hieroglif, Matahari digambarkan sebagai sebuah cakram. Ra menyimbolkan mata langit sehingga sering digambarkan sebagai cakram yang berada pada kepala burung falkon atau cakram bersayap. Dewa Ra dipercaya mengendarai kereta perang melintasi langit di siang hari. Dewa Ra juga digambarkan sebagai penjaga pharaoh atau Raja Mesir. Selain itu, Ra digambarkan sebagai dewa yang sudah tua dan tinggal di langit untuk mengawasi dunia.
  • Dalam mitologi India, Matahari disebut dengan nama Surya. Selain sebagai Matahari itu sendiri, Surya juga dikenal sebagai dewa Matahari. Kata surya berasal dari bahasa Sanskerta sur atau svar yang berarti bersinar. Surya digambarkan sebagai dewa yang memegang keseimbangan di muka Bumi. Penyembahan Matahari telah dilakukan oleh penganut kepercayaan Hindu selama ribuan tahun. Kini perayaan Matahari terbit masih dilangsungkan di pinggiran Sungai Gangga yang terletak di kota tersuci di India, kota Benares. Surya Namaskar atau penghormatan kepada Matahari adalah sebuah gerakan penting dalam yoga.
  • Helios adalah dewa Matahari kuno, saudara dari Selene (dewi bulan) dalam mitologi Yunani. Helios disebut juga sebagai Sol Invictus di kebudayaan Romawi. Selain itu, Helios juga merupakan sisi lain dari Apollo. Dikisahkan Helios adalah dewa yang bermahkotakan halo Matahari dan mengendarai kereta perang menuju ke angkasa. Helios adalah dewa yang bertanggung jawab memberikan cahaya ke surga dan Bumi dengan cara menambat Matahari di kereta yang dikendarainya.
  • Bangsa Inca menyembah dewa Matahari yang bernama Inti, sebagai dewa tertinggi. Dewa Inti dipercaya menganugerahkan peradaban Inca kepada anaknya, Manco Capac, yang juga merupakan raja bangsa Inca yang pertama. Bangsa Inca menyebut diri mereka sebagai anak-anak Matahari. Setiap tahun mereka memberikan persembahan hasil panen dalam jumlah besar untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan penyembahan Matahari.
  • Dewa Matahari yang disembah oleh bangsa Maya adalah Kinich-ahau. Kinich-ahau adalah pemimpin bagian utara.
  • Suku Aztec menyembah Huitzilopochtli, yang merupakan dewa perang dan simbol Matahari. Setiap hari Huitzilopochtli dikisahkan menggunakan sinar Matahari untuk mengusir kegelapan dari langit, namun setiap malam dewa ini mati dan kegelapan datang kembali. Untuk memberi kekuatan pada dewa mereka, bangsa Aztec mempersembahkan jantung manusia setiap hari.
  • Shintoisme merupakan agama yang berinti pada penyembahan Dewi Matahari yang bernama Amaterasu masih terus bertahan di Jepang. Jepang memiliki julukan "Negara Matahari Terbit."

Dari beberapa pandangan di berbagai kebudayaan dan kepercayaan di atas, dapat diambil intisari pandangan manusia tentang Matahari yakni, bahwa Matahari adalah pencipta, penjaga, yang mengawasi, yang memegang keseimbangan, yang bertanggung jawab memberikan cahaya, yang menganugerahkan peradaban, pemimpin, dan yang mengusir kegelapan. Bahkan bangsa Inca menyebut diri mereka sebagai anak-anak matahari.

Jadi sebenarnya sudah sejak lama, manusia telah memiliki pandangan tersendiri dalam memandang dirinya dan hubungannya dengan alam, khususnya matahari. 

Pandangan-pandangan yang telah ada sejak zaman purba ini disajikan bukan dengan maksud untuk mencampuradukkan berbagai aliran kepercayaan, keyakinan dan keimanan, yang punya jalan pandangannya sendiri-sendiri dan bersifat dogmatis. Ini hanyalah sebuah penyajian metafora yang mengunakan kata-kata bukan dalam arti sesungguhnya, melainkan hanya sebagai kiasan berdasarkan persamaan dan perbandingan untuk menarik makna. 

Bagaimanapun, kepercayaan, keyakinan dan keimanan tetap harus menjadi sebuah pengalaman pribadi untuk dapat memberikan nilai bagi kehidupan seseorang.

Tulisan metafora ini adalah tentang bagaimana misteriusnya sosok seorang ayah dalam personifikasi matahari, baik dalam menunjukkan cintanya maupun untuk dicintai. Yang jelas dan mudah untuk dimengerti dalam kaitannya dengan kehidupan yang kita jalani sehari-hari hingga saat ini, bahwa Matahari adalah sumber energi bagi kehidupan. Matahari juga memiliki banyak manfaat dan peran seperti:

  • Panas Matahari memberikan suhu yang pas untuk kelangsungan hidup organisme di Bumi. Bumi juga menerima energi Matahari dalam jumlah yang pas untuk membuat air tetap berbentuk cair, yang mana merupakan salah satu penyokong kehidupan. Selain itu panas Matahari memungkinkan adanya angin, siklus hujan, cuaca, dan iklim.
  • Cahaya Matahari dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan berklorofil untuk melangsungkan fotosintesis, sehingga tumbuhan dapat tumbuh serta menghasilkan oksigen dan berperan sebagai sumber pangan bagi hewan dan manusia. Makhluk hidup yang sudah mati akan menjadi fosil yang menghasilkan minyak Bumi dan batu bara sebagai sumber energi. Hal ini merupakan peran dari energi Matahari secara tidak langsung.
  • Pembangkit listrik tenaga Matahari adalah moda baru pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan. Pembangkit listrik ini terdiri dari kaca-kaca besar atau panel yang akan menangkap cahaya Matahari dan mengkonsentrasikannya ke satu titik. Panas yang ditangkap kemudian digunakan untuk menghasilkan uap panas bertekanan, yang akan dipakai untuk menjalankan turbin sehingga energi listrik dapat dihasilkan. Prinsip panel surya adalah penggunaan sel surya atau sel photovoltaic yang terbuat dari silikon untuk menangkap sinar Matahari. Sel surya sudah banyak dipakai untuk kalkulator tenaga surya. Panel surya sudah banyak dipasang di atap bangunan dan rumah di daerah perkotaan untuk mendapatkan listrik dengan gratis.
  • Pergerakan rotasi Bumi menyebabkan ada bagian yang menerima sinar Matahari dan ada yang tidak. Hal inilah yang menciptakan adanya hari siang dan malam di Bumi. Sedangkan pergerak Bumi mengelilingi Matahari menyebabkan terjadinya musim.
  • Matahari menjadi penyatu planet-planet dan benda angkasa lain di sistem tata surya yang bergerak atau berotasi mengelilinya. Keseluruhan sistem dapat berputar di luar angkasa karena ditahan oleh gaya gravitasi Matahari yang besar.

Panel surya dipasang di atap rumah untuk menangkap sinar Matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Panel surya dipasang di atap rumah untuk menangkap sinar Matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Lalu, seperti apa sosok bumi sebagai ibu?

Apa yang digambarkan oleh James Lovelock dalam publikasinya yang diterbitkan pada tahun 1979, dengan judul Gaia: A New Look at Life on Earth, menjelaskan tentang sebuah Apocalypse atau penyingkapan segera tentang bumi dan masa depannya. 

Menurutnya suasana abad ke-21 telah berkembang secara menyolok menjadi lebih apokaliptik dari petualangan-petualangannya sebelumnya. Secara singkat, gambaran Lovelock tentang bumi dan masa depannya itu mungkin bisa diibaratkan sebagai sebuah penyingkapan yang memicu kesedihan bagi yang merenunginya. 

Sebab, ia yang merenungkannya sebenarnya menaruh harapan besar akan kelangsungan masa depan bumi yang lestari, aman dan tenteram bersama segenap makhluk yang mendiaminya, tapi apa yang ia lihat dan rahasia yang disingkapkan baginya justru membentangkan sebuah gambaran tentang kehancuran dan malapetaka.

Foto Bumi diambil oleh NASA (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Foto Bumi diambil oleh NASA (sumber: https://upload.wikimedia.org)
Teori Gaia adalah sebuah gagasan inti tentang pencarian akan Ibu Bumi. Ini secara inheren bersifat holistik dan menegaskan bahwa sistem sebagai suatu keseluruhan jauh lebih signifikan daripada bagian-bagian pokoknya. 

Dengan kata lain, dalam analogi hubungan matahari, bumi dan manusia sebagai sebuah keluarga dalam komunitas kosmos yang sangat besar, mungkin saja tidak lebih signifikan sebagai sub unsur alam semesta dibandingkan kepentingan alam semesta secara keseluruhan.

Oleh karena itu, menjadi tidak mengejutkan mendengar Lovelock mendeskripsikan manusia "hanya sebagai spesies yang lain, bukan sebagai pemilik ataupun pengurus planet ini." 

Atau dengan kata lain, sebagai anak, manusia mungkin hanyalah sebagai pengacau sekalipun masa kecilnya adalah masa-masa dimana ibu dan bapanya sangat memanjakannya dan menaruh harapan besar akan dirinya. Tapi apa dinyana, setelah dewasa sang anak justru membawa serangkaian ironi dan kontradiksi dalam dirinya sendiri menjadi masalah yang rumit bagi keluarga.

Dalam karyanya yang paling baru, Lovelock bahkan mendeskripsikan kalau Homo sapiens telah menjadi infeksi bagi bumi. Manusia telah membuat Gaia, Ibu Bumi, menderita demam dan segera kondisinya akan memburuk hingga keadaan seperti koma. Gaia sudah di sana sebelumnya dan sembuh, tapi itu membutuhkan lebih dari 100.000 tahun. 

Kita, manusia, bertanggung jawab dan akan menanggung konsekuensi-konsekuensinya. Implikasinya menurut Lovelock, adalah bahwa Bumi mungkin bertahan, betapapun buruk kita memperlakukannya, tetapi keberlangsungan itu tidak harus mencakup diri kita.

Baca: Apokaliptik Ibu Bumi dalam Sinabung, Bumi Mungkin Bertahan tapi Tanpa Kita

Hal ini sejalan dengan pengalaman Kafka terkait ibunya, yang menyadari kalau ibunya adalah pihak yang paling menderita dalam ironi dan kontradiksi sebagai perantara hubungan ayah dan anak, disamping ia diperbudak di rumah dalam semua urusan keluarga. Anak dan anak-anak terus menyerangnya tanpa ampun, ayah sendiri dari satu pihak, dan anak-anak dari pihak lainnya.

Matahari dengan segala dinamikanya, meliputi aktivitas, evolusi atmosfer, dan pengaruh radiasi terhadap planet-planet, termasuk bumi, mungkin sudah cukup  berat menghajar bumi tanpa ampun. 

Gambarannya bisa dilihat sebut saja misalnya dalam pengaruh "Badai Matahari" yang memberikan risiko radiasi yang sangat besar terhadap satelit, pesawat ulang alik, astronot, dan terutama sistem telekomunikasi Bumi.

Badai Matahari yang pertama kali tercatat dalam pustaka astronomi adalah pada tanggal 1 September 1859. Dua peneliti, Richard C. Carrington dan Richard Hodgson yang sedang mengobservasi bintik Matahari melalui teleskop di tempat terpisah, mengamati badai Matahari yang terlihat sebagai cahaya putih besar di sekeliling Matahari. Kejadian ini disebut Carrington Event dan menyebabkan lumpuhnya jaringan telegraf transatlantik antara Amerika dan Eropa.

Di sisi lain, manusia sebagai anak-anak yang mendiami ibu bumi, juga tidak henti-hentinya menyebabkan penderitaan bagi ibunya. Bagi anak-anak, manusia-manusia itu, itu mungkin hanyalah sebuah pelampiasan pelampiasan rasa frustasi. Sadar atau tidak, sebenarnya itu sangat menyakiti ibu, menyakiti bumi. Betapa menderitanya bumi di tangan manusia karena matahari, atau menderita di tangan matahari karena ulah manusia.

Sebut saja salah satu yang sangat menyakiti bumi melalui apa yang terlihat dalam pemakaian plastik yang sangat massif dan hampir-hampir tidak terkendali di berbagai belahan bumi, atau penebangan hutan yang menghabisi berhektar-hektar pohon di hutan setiap harinya.

Dalam sebuah publikasi yang dirilis oleh Global Forest Watch pada portalnya di tanggal 25 April 2019 yang lalu, dijelaskan bahwa daerah tropis kehilangan 12 juta hektar tutupan pohon pada tahun 2018. 

Ini merupakan kehilangan tahunan tertinggi keempat sejak dimulainya pencatatan pada tahun 2001. Yang paling memprihatinkan adalah hilangnya 3,6 juta juta hektar hutan hujan primer seluas negara Belgia.

Dijelaskan juga bahwa pada tahun 2002, 71 persen dari total tingkat kehilangan hutan primer terjadi di dua negara saja, yakni Brasil dan Indonesia. Namun, data terbaru menunjukkan adanya pergeseran, di mana Brasil dan Indonesia hanya menyumbang 46 persen dari total kehilangan hutan hujan primer pada tahun 2018, sementara negara-negara seperti Kolombia, Pantai Gading, Ghana dan Republik Demokratik Kongo mengalami kenaikan angka kehilangan hutan yang signifikan. (Baca)

Seperti kata Kafka, tentu saja semua ini tak akan tertahankan bagi ibu, bagi bumi, jika saja cintanya kepada manusia, dan kebahagiaan yang ada dalam cinta itu, tidak memberinya kekuatan untuk menanggung semua derita itu. 

Mungkin karena itulah bumi yang menjadi ibu, dan manusia tinggal di atasnya, bukan di atas matahari yang tidak akan sanggup menanggung derita sebagaimana halnya ditanggung oleh bumi.

Bagi seorang anak yang suka membangkang, meskipun bukan dalam kadar kualitas seperti pembangkangan Kafka kepada ayahnya yang ortodoks, sekaligus melampiaskan rasa frustasinya kepada ibu yang sesungguhnya menanggung derita dua kali lipat, barangkali manusia tidak kurang tidak lebih sebagaimana Kafka kepada ayahnya, akan menuliskan perasaannya dalam sebuah surat kepada matahari: "Kali terakhir ketika aku sakit dan kau terbit diam-diam mendatangiku dari ufuk timur, berdiri di ambang pintu, hanya melongok untuk melihatku yang terbaring di ranjang, dengan gerakan sambil lalu kau melambai kepadaku. Pada waktu-waktu seperti itu aku berbaring dan menangis bahagia, dan sekarang pun aku menangis lagi saat menuliskannya."

Sebagaimana juga Kafka mengungkapkan perasaannya bersama adik-adiknya dalam hubungannya dengan ayah ibunya, barangkali manusia juga dalam segala pemberontakan yang tumbuh dalam dirinya, saat ini sedang mensiasati segala suka duka yang dialaminya dalam hidupnya dengan lelucon-lelucon segar, atau dengan olok-olok getir. 

Tetapi lelucon itu, dalam beberapa hal, sama sekali bukan lelucon. Kenapa? Karena manusia-manusia yang sering kali dengan terbahak-bahak menertawakan lelucon dan olok-olok itu, bisa saja merasa sedang berjuang, dan baru menyadari ironi dan paradoks dalam hidupnya justru di penghujung usianya, dalam kedewasaan, tetapi dengan kemampuan seorang bocah.

Ibu, inilah anakmu...

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun