Orang-orang seperti pak Ari adalah sosok-sosok yang kurang dikenal atau bahkan kurang disadari. Bagi sebagian besar kita, mereka ini kadang ada kadang tidak, karena menghargai barang-barang bekas bukanlah sebuah budaya hidup yang bisa dibilang sudah kita nikmati.
Kalau tidak demikian, maka seharusnya tidak banyak lagi sampah-sampah yang terbuang sembarangan. Bukan lagi hanya sebatas soal ekonomi, di budaya hidup seperti ini soal etika ekologi seharusnya sudah penting menjadi sebuah kesadaran guna memberi arah bagi hidup yang akan kita nikmati sehari-hari.
Ungkapan bijak yang mengatakan, "Singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan, jika kamu ingin melangkah dengan ringan," kita maknai terlalu sederhana, sehingga kita menjadi begitu mudahnya mencap berbagai hal sebagai sampah. Bumi tidak akan cukup guna menampung material yang begitu mudah kita singkirkan dengan cara berpikir kita yang terlalu ekonomis.
Demikianlah sedikit kisah dari pak Ari. Ia adalah bagian dalam untaian mata rantai daur ulang barang-barang bekas. Kisah hidup dan pekerjaan sehari-harinya menggambarkan kenyataan dialektika materialisme dan etika ekologi yang berkelindan dalam kehidupan modern, dan mungkin telah dan masih sedang bermutasi, sadar atau tidak disadarinya. Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI