Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Satu Jam bersama Bang Tampu, "New Harapan" di Antara Dua Rumah Doa

15 Juni 2019   00:18 Diperbarui: 16 Juni 2019   01:04 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setahu saya, di kota ini, tukang tambal ban yang kerjanya manual seperti saya tinggal dua orang, saya dan ada satu orang lagi bermarga Harefa. Dia ada di simpang Sumbul," katanya.

Demikianlah bang Tampubolon, membuka gubuk tempel ban di pinggir jalan, dekat dengan bengkel mobil dengan merek "New Harapan."

Tidak jauh dari gubuk tempel ban-nya, di seberang sana, ada gereja di kiri dan masjid di kanannya. Memang tidak setiap hari usaha tempel ban ini buka, hanya dari Senin sampai dengan Sabtu. Ia buka hingga pukul 18 atau 19 malam, dan tutup pada hari Minggu.

Tapi dilihat dari posisi lokasinya, barangkali Bang Tampu ini sudah sangat akrab mendengar lantunan kidung pujian dan ayat-ayat, baik dari gereja maupun dari masjid.

Barangkali itulah yang meneguhkan harapannya, sehingga tetap bertahan di tengah himpitan perkembangan zaman? Bertahan dengan menambal ban dan berjualan angin, dengan kompresor bermerek Yan Mar dan tentu saja kedua tangannya.

Barangkali ada juga walau sedikit saja, pengaruh dorongan dari kidung pujian dan ayat-ayat dari kedua rumah doa di seberangnya? Dari sana semualah ia mengelola harapannya, harapan rumah tangganya.

"Andai saja aku punya modal, mungkin aku bisa berusaha di tempat yang lebih aman, jadi aku bisa sekalian jualan ban, bang," katanya. "Kalau gubuk begitu saya takut menyimpan ban-ban di sana, bisa hilang," tambahnya.

Mungkinkah bila saat harapannya tiba, masih akan ada bang Tampu-bang Tampu lainnya yang tidak hanya sekadar menjual ban, tapi juga bersedia menambalnya? Menambal itu jauh lebih murah, kendati kelihatannya jauh lebih sulit dari mengganti ban baru.

Terkadang kita membeli atau membayar sesuatu bukan saja karena kita suka itu, atau karena sesuatu yang kita beli atau kita bayar itu berasal dari sesuatu yang sifatnya selalu lebih baik dari semua yang ada, dan karenanya adalah yang paling layak menjadi pilihan.

Tapi kita juga perlu membeli dan membayar sesuatu agar ia yang menjual atau memberikan jasanya bisa melanjutkan kehidupannya, sekalipun mungkin bukan yang terbaik. Demikian bang Tampu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun