Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Satu Jam bersama Bang Tampu, "New Harapan" di Antara Dua Rumah Doa

15 Juni 2019   00:18 Diperbarui: 16 Juni 2019   01:04 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan cekatan bang Tampubolon, mendorong dongkrak buaya ke kolong mobil. Cekrek... cekrek... cekrek, dia mulai menaikkan badan mobil untuk memudahkannya melepas roda mobil.

Setelah ban itu lepas, ia membuka katup saluran pemompa angin dari kompresor yang cukup besar di dalam gubuknya. Ya, usaha tambal ban itu hanya sebuah gubuk di pinggir jalan raya, jalan Jamin Ginting Kabanjahe.

Pessssssssst..... Angin mulai mendorong tepian bagian luar roda yang digeser-geser oleh bang Tampu secara melingkar, setiap kali ia membuka katup saluran angin itu. Pessssssssst..... Pessssssssst..... Pessssssssst.....begitu berulang-ulang, mungkin sampai lima kali, hingga bagian luar roda itu benar-benar terlepas dari velg mobil.

Dengan cekatan meskipun santai, bang Tampu mengeluarkan ban dalam mobil setelah lebih dahulu mengeluarkan sisa-sisa angin ban dalam roda kempis yang sudah terkelupas dari velg-nya itu.

Ia kembali membuka katup saluran angin dan menggelembungkan kembali ban dalam yang kempis itu. Maksudnya untuk mengecek dimana lubang yang menyebabkan ban dalam menjadi bocor. Itupun ia masih teliti dengan membenamkannya ke dalam air pada tong yang dimodifikasi hingga berfungsi layaknya bak penampungan air. Kalau masih ada lobang yang lain pada ban dalam, maka akan tampak gelembung-gelembung udara meskipun dalam air keruh pada tong itu.

Memastikan bahwa lobang yang mungkin disebabkan oleh paku yang menancap pada roda luar itu hanya satu, maka bang Tampu mulai menghidupkan api kompor pemanasnya.

Di atas landasan besi yang dipanaskan itulah ban dalam yang bocor itu akan direkatkan dengan semacam karet khusus untuk tambalan ban bocor.

Bang Tampu tidak tinggal diam menunggu ban dalam pada titik yang bocor itu, kini telah dihimpit dengan ketat di antara semacam bantalan kayu berlapis karet dengan lempeng besi yang telah dipanaskan. Ia kembali memeriksa ban luar roda mobil, kalau-kalau masih ada sisa-sisa paku yang menancap.

Setelah sekitar 15 menit dipanasi menurut perhitunganku, bang Tampu mulai membuka bantalan kayu berlapis karet yang dipakai menghimpit ban bocor dalam psoses penambalan itu.

Ia mengecek sekilas, lalu mulai mengidupkan mesin kompresornya. Butbutbutbutbut.... Tiba-tiba asap hitam pekat menyembur dari cerobong knalpot mesin kompresor bermerek Yan Mar itu, setelah diengkol oleh bang Tampu. Pessssssssst..... Bunyi angin menyeruak menggembungkan ban dalam bocor roda mobil yang baru saja ditambal itu.

dok.pri
dok.pri
Tukang tambal ban itu dipanggil Tampubolon, saya sendiri memanggilnya bang Tampu. Ia telah bekerja sebagai tukang tambal ban di gubuknya yang berada di pinggiran jalan itu sejak 10 tahun yang lalu menurut pengakuannya, yakni sekitar tahun 2009.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun