Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Kartini, Kaum Terpelajar Harus Bersikap Jujur Sejak dari Pemikiran

22 April 2019   09:59 Diperbarui: 21 April 2020   01:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dalam dunia yang menjelma menjadi kota kecil dalam bingkai teknologi informasi, mengakibatkan seakan tidak banyak lagi hal yang penting dan baru, yang dapat dijadikan topik bahasan penting di dalamnya. Kejadian biasa pun menjadi topik yang terlihat penting untuk dibahas berlama-lama, bahkan tak jarang hal yang tidak substansialpun menjadi viral di dunia maya.

Belajar dari novel roman sejarah di "Bumi Manusia"-nya Pramoedya Ananta Toer, adalah sosok Jean Marais, seorang keturunan Perancis yang bangkrut dan terdampar di Hindia Belanda. Ia harus rela menjadi tentara kompeni untuk mendapat sekadar sebenggol gaji sebagai tentara untuk menyambung hidupnya. Tapi tidak pernah ia kehilangan kecintaannya kepada melukis yang merupakan ambisi pribadi dari cita-cita masa lalunya.

Perang yang kejam suatu hari mempertemukannya dengan seorang wanita Aceh yang berjuang dengan gagah berani menggunakan sebilah parang melawan kompeni yang bersenjata api. Kenekadannya ditambahkan dengan kegilaan akibat kesadaran bahwa kehormatan diri lebih penting dari nyawanya sendiri. 

Siapa sangka, kelak wanita itu yang menjadi istri Jean, walau hampir saja ia menusuknya dengan bayonet di tengah ketakberdayaan wanita itu, yang sudah keletihan berjuang sehingga tak sanggup mengayunkan sebilah parang di tangan kirinya sambil membawa setumpuk rasa benci yang mendalam di lubuk hatinya kepada kompeni. Jean, selama sisa hidupnya menjalani hari dengan hanya satu kaki, karena yang sebelah harus diamputasi akibat terkena ranjau bambu dan terinfeksi oleh gangren.

Yang menarik dari Jean adalah bahwa kegetiran hidup semasa perang tidak membuatnya kehilangan rasa cinta akan keindahan. Lukisan pertemuannya dengan wanita Aceh dalam pertarungan, yang kelak menjadi istrinya dan ibu dari Maysaroh, anaknya, walau tampak seperti tragedi tetap bernilai estetika yang tinggi dari perspektif seni.

Pesan Jean yang menarik adalah: "Kaum terpelajar harus bersikap jujur sejak dari pemikiran, apalagi dalam tindakan". Pesan ini dutujukan kepada Minke sahabatnya, seorang pribumi terpelajar yang bersekolah di H.B.S, yang meminta nasihat bijak kepada Jean atas keresahannya karena sadar bahwa seorang pribumi yang jatuh hati pada keadaban Eropa adalah hal yang ganjil, bahkan sampai saat ini dalam sebagian hal.

Ya, karena apa yang pernah ada tidak cepat hilang, kita semua, khususnya yang menganggap dirinya dari kaum terpelajar, harus bersikap jujur sejak dari pemikiran, apalagi dalam tindakan. Kalau hal itu ternyata masih merupakan tantangan yang sulit untuk diwujudkan, maka menjadi benar pendapat yang mengatakan bahwa di bangsa ini semangat revolusi jiwa Kartini masih tetap tidak kalah dahsyat dari berbagai hal lainnya yang dapat dikatakan revolusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun