Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia Perlu Berdamai dengan Dirinya dalam Dunia Penuh Perundungan

14 April 2019   07:13 Diperbarui: 14 April 2019   12:46 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit senja yang menggambarkan kontradiksi (dokpri)

Manusia perlu berdamai dengan dirinya sendiri. Karena manusia menyimpan trauma dan histeria masa lalu di dalam ruang bawah sadarnya yang terdalam. 

Manusia butuh pelepasan, karena dunia seakan tengah bergerak ke arah ketiadaan cinta dan persahabatan, yang tersisa seakan hanya kepentingan belaka. Apa yang kurang dari dunia sekarang adalah cinta dan persahabatan dalam hubungan-hubungannya.

Baca juga: https://www.kompasiana.com/teotarigan/5c18d211677ffb13435fdfa2/semakin-banyak-pengetahuan-kita-semakin-banyak-pula-kesusahan-kita

Lagi dalam zaman ini, kita menemukan bakat alamiah manusia yang lain. Sesuatu yang oleh Nietzsche disebut sebagai gambaran dunia dengan tempat pikiran serba sempit dan serba praktis, tapi pongah. 

Kepongahan manusia di era masyarakat ekonomi, masyarakat konsumsi. Sebuah era yang menghadirkan kesendirian dan keterasingan, sekalipun dalam keramaian.

Kebersamaan hampir menjadi sepenuhnya semu. Perjumpaan sementara hanya berlangsung di permukaan. Masing-masing orang tidak ubahnya hanya berperan sebagai penjual dan pembeli, apa yang dipunyai menjadi komoditi. Masing-masing hanya memikirkan bagaimana kebutuhannya sendiri terpenuhi.

Lalu apa ungkapan yang lebih cocok, selain ungkapan bahwa "Semakin banyak pengetahuan kita, maka semakin banyak pula kesusahan kita?" bilamana kita dewasa ini gemar sekali membawa telefon genggam ke toilet? Adakah sesuatu yang "menarik" untuk difoto, diunggah dan di-share dari sana kepada dunia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun