Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tugu Kuliki dan Latsitardanus, Apa Pentingnya Sebuah Prasasti?

29 Desember 2018   06:18 Diperbarui: 29 Desember 2018   06:27 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
view di salah satu tikungan menanjak jalan tembus Karo-Langkat, kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (dokpri)

Dikutip dari laman wikipedia, bahwa prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan.

Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. 

Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. 

Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Dari tulisan pada prasasti di "Tugu Kuliki", tapal batas Kabupaten Karo dengan Kabupaten Langkat ini, saya jadi tahu salah satu bagian kronologi yang penting terkait pembukaan jalan tembus yang menghubungkan dua kabupaten bertetangga yang terikat baik secara kultur, historis dan geografis di Sumatera Utara ini. 

Salah satunya bahwa jalan tembus ini merupakan hasil karya bhakti Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) VIII Tahun 1987. Prasastinya ditandatangani oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada masa itu, L.B. Moerdani, tertanggal 26-06-1987.

Prasasti
Prasasti
Latsitardanus merupakan sebuah latihan integrasi para taruna, praja dan mahasiswa tingkat akhir, yang terdiri dari para taruna Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, Akademi Kepolisian, Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (dulu Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri), serta para Mahasiswa terpilih.

Kegiatan-kegiatan pada Latsitardanus difokuskan pada kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan bersifat fisik seperti kegiatan karya bhakti pembangunan jalan, pembersihan saluran air dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. 

Sementara itu, kegiatan nonfisik seperti sosialisasi, penyuluhan, promosi dan kegiatan lainnya dalam upaya meningkatan sumber daya manusia masyarakat.

Terkait dengan keberadaan "Tugu Kuliki" pada tapal batas jalan tembus ini, analisanya adalah bahwa karya bhakti Latsitardanus VIII pada lokasi jalan tembus ini merupakan fokus lokasi program karya bhakti Satuan Latihan (Satlat) Elang, yang dimotori oleh satuan matra udara. Oleh karena itu, dibuatlah tugu prasasti berupa seekor burung elang yang membentangkan sayap. 

Dalam bahasa Karo, burung elang disebut Kuliki. Seperti halnya pada Latsitardanus XXV Provinsi Lampung pada tahun 2004. Kami yang tergabung dalam Satlat Hiu, membuat tugu prasasti berupa ranjau laut, pada lokasi karya bhakti di Kabupaten Tanggamus, karena Satlat Hiu dimotori oleh satuan matra laut.

Monumen, tugu dan prasasti dibuat dengan sebuah maksud yang penting. Catatan peristiwa sejarah yang terrekam di dalamnya adalah jejak pengetahuan yang penting untuk diketahui sebagai sumber titik tolak kesinambungan pembangunan bagi generasi selanjutnya. 

Meskipun oleh generasi selanjutnya akan dibaca jauh setelah prasasti ditandatangani, itu adalah sesuatu yang penting dan patut untuk dirawat dan dilestarikan. Bukan tanpa dasar, terciptanya sebuah adagium yang mengatakan "history repeats it self." Bahwa hal yang pernah terjadi di masa lampau, suatu saat akan terjadi kembali, mungkin dengan variasi lain tapi dengan esensi yang sama.

Adalah bijak untuk belajar dari masa lalu untuk berusaha membuat yang lebih baik lagi di masa depan. Banyak hal yang monumental justru lahir dari sebuah karya yang kecil dan sederhana. Sesuatu yang kecil dan sederhana, kelak bisa saja menjadi sebuah kebanggaan yang akan mengukuhkan aura kecintaan, ketika itu tumbuh melintasi sejarah, dan sejarah hanya akan terbaca bila ditorehkan dalam sebuah catatan.

Jalan tembus Tanah Karo - Langkat yang sudah di aspal kini, mungkin saja berawal dari jalan tanah yang dibuka dengan cangkul, dan kini akan menjadi sebuah kebanggaan monumental yang akan semakin mengukuhkan kecintaan kepada kampung halaman, kepada alam, kepada budaya, dan tanah air. Semoga.

view di salah satu tikungan menanjak jalan tembus Karo-Langkat, kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (dokpri)
view di salah satu tikungan menanjak jalan tembus Karo-Langkat, kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (dokpri)
bentangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, view sepanjang jalan (dokpri)
bentangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, view sepanjang jalan (dokpri)
Terakhir tapi tidak kurang penting, bahwa kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya adalah hal yang utama untuk dijaga serta dilestarikan bersama, sebagai sebuah warisan dunia.

Mengenangkan kenangan Latsitarda XXV Tahun 2004, dari tugu prasasti Latsitarda VIII Tahun 1987, menjelang tahun baru 2019.

Catatan dari salah seorang alumnus yang segera akan menjadi masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun