Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Sunyi, Lewat Kenangan Merajut Mimpi

30 Oktober 2018   17:40 Diperbarui: 13 Agustus 2019   15:51 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar kata Jim Collins : "Semua organisasi punya tradisi, sebagian organisasi punya disiplin, tetapi hanya sedikit organisasi yang punya tradisi disiplin. Ketika organisasi diisi dengan orang-orang yang disiplin maka saat itulah tidak diperlukan hirarki. Ketika organisasi memiliki budaya disiplin maka saat itulah tidak diperlukan birokrasi."

Sampai hari ini, di masa dimana aku bisa kembali beberapa kali sambil membawa anak-anak di teras itu, aku tidak pernah berhenti takjub, tersenyum dalam hati. Terpikir olehku, entah siapa dan bagaimana ia memulai semua kurikulum pedagogi otodidak ini. Latihan kami adalah latihan tanpa guru dan pelatih, karena setiap orang adalah guru dan pelatih bagi mereka yang datang kemudian. Semua orang  adalah alat musik itu sendiri tatkala partitur menghanyutkan kami dalam harmoni sebuah komposisi. Waktu itu, kami tidak bertahan sampai akhir tetap bertiga, sebagaimana kami mendaftar bertiga pertama kali. Sebagaimana hidup melakukan seleksi, begitulah pada saatnya setiap orang  memang akan mencari jalannya sendiri sendiri.

Teringat sebuah lagu vokal grup yang biasa dinyanyikan, Tuhan jadikanlah daku sebuah alat musikMu, yang tertulis di halaman depan sebuah buku berisi catatan  nama-nama orang yang pernah belajar di grup ini, baik yang bertahan maupun yang keluar di tengah jalan, serta catatan keuangan masuk dan keluar yang kami sebut "buku kas" dan diwariskan turun temurun kepada salah seorang yang dituakan pada setiap generasi. Yah, not dan tanda nada hanyalah simbol-simbol yang diam, tetapi akan segera berbicara tatkala dibaca dengan alat musik yang dihidupi.

Tak peduli seberapa berat beban hidup yang kau miliki, dari mana kau berasal, apa warna kulitmu, tinggi atau rendahkah status sosial keluargamu, terhormat atau hinakah derajat nenek buyut di garis silsilah keturunanmu, sepanjang engkau memainkan alat musik yang sesuai dan mematuhi nilai not dan tanda nada partitur di hadapanmu, bersama mereka saudara saudara di kiri dan kananmu, engkau akan mendengar alunan lagu yang membawamu hanyut tenggelam dalam alammu sendiri. Saat itu hanya endorfin yang memacu adrenalin, bulu roma yang merinding, tetesan air mata atau senyum yang tersungging yang mampu mengungkapkan apa yang kau rasakan dan resapi.

Hari ini, saat membuka-buka catatan pada buku tulis isi lima puluh lembar bermerek "Boya Family" tahun 1997 ini, aku teringat semua rasa yang hanya terbaca dalam buku-buku partitur tua yang sebagian besar kini sudah tiada, lama kemudian setelah buku tulis ini tak kusadari lagi ternyata masih ada. Dia yang bernyanyi dalam tangga nada berbeda adalah saudara dalam harmoni, seorang saudara yang tetap menaruh kasih setiap waktu meski di jalan sunyi menapaki mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun