Mohon tunggu...
Aven Jaman
Aven Jaman Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

Menjadi Berarti

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Benarkah HL, Pendeta Cabul ataukah Ini adalah Pembunuhan Karakter Terencana?

3 April 2020   23:54 Diperbarui: 5 April 2020   09:59 3753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan bilang bahwa pelapor trauma dan tertekan di saat itu! Sebab bila benar trauma dan tertekan, orang tuanya ke mana kok sampai tidak bisa melihat perilaku aneh pelapor? Di mana-mana, orang yang tertekan atau depresi pasti selalu menampakkan perubahan tingkah laku. Faktanya? Jangankan bertingkah aneh, pelapor bahkan akrab ria begitu dengan keluarga terlapor. Tidak itu saja, terlapor bahkan yang memberkati pertunanganan pelapor dengan calonnya.

Trauma berat kok bisa undang terus terlapor dalam berbagai event spesial hidup pelapor? Janggal! Lihat IG pelapor yang suka panggil papi dan mami kepada terlapor dan istrinya hingga tahun kemarin. 

screnshoot
screnshoot
Nah, kejanggalan demi kejanggalan inilah yang kemudian membersitkan dugaan di benak para pemerhati masalah ini secara independen bahwa kasus ini telah dimanipulasi dari fakta yang sebenarnya.

Para pemerhati independen ini mencermati bahwa di balik kisah dramatis ini mungkin saja ada fakta kejadian antara terlapor dan pelapor terjadi hubungan yang tak pantas. Namun apabila sedramatis itu kisahnya, rasanya bertentangan dengan beberapa fakta lain di kehidupan keseharian antara pelapor dengan terlapor. Singkat kata, dugaan pun timbul kalau ini adalah sebuah fakta kejadian yang ceritanya dikembang-kembangkan sana-sini demi mencapai tujuan tersembunyi.

Tentang hal seperti ini, Todd Rogers dan koleganya dari Harvard Kennedy School dalam sebuah penelitian menemukan bahwa mempermainkan kebenaran adalah taktik umum yang dipakai dalam menegosiasi sesuatu. Namun apa isi negosiasi atau maksud dari pengembangan berbumbu kisah faktualnya memang masih sangat tersamar.

Ada dugaan bahwa ini ada kaitannya dengan motif persaingan antargereja Kristen Protestan. Ada lagi dugaan bahwa ini terkait posisi terlapor yang merupakan seorang Ketua Sinode dari sebuah denominasi gereja dengan jemaat yang rata-rata orang kaya di Indonesia.

Sebab, bila dicermati dengan teliti, kasus pendeta HFC ini terkesan ada penyelewengan fakta yang rapi disusun.

Mana yang benar dari dugaan-dugaan itu biarlah waktu dan Tuhan saja yang tahu. Yang terpenting adalah bagaimana kasus ini berhasil dikuakkan ke publik sebagai sebuah kebenaran faktual, bukan hasil manipulasi. Sebab, bagaimana pun juga kasus ini turut menyeret serta perasaan para jemaat yang mengenal dengan baik sosok terlapor.

Bahwa apakah terlapor benar memerkosa pelapor atau itu dilakukan secara suka sama suka, biarlah pengadilan nanti yang menunjukkannya. Pembaca bisa tengok di sini perbedaan pendapat antara kepolisian dan versi terlapor (link)

Publik tidak perlu terkecoh oleh permainan media dan netijen yang bisa saja telah dibayar demi membentuk opini dan memuntahkannya kembali ke publik sebagai pembunuhan karakter terhadap terlapor.

Sebagai bagian dari netijen yang memilih waras dalam menalar kasus ini, saya pun tertarik mengajak pembaca KOMPASIANA sekalian untuk ikut mengawal kasus ini secara jujur. Untuk tujuan dimaksud, saya akan terus menulis, mengungkapkan berbagai kejanggalan kasus ini ke depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun