JIHAD, kata ini beberapa tahun kebelakang teramat sering kita dengar dan menjadi perbincangan ketika orang-orang berkumpul baik di warung kopi ataupun dalam obrolan santai menanggapi berita teror yang marak terjadi di banyak tempat akhir-akhir ini. Berlindung dibalik kata jihad itu sendiri, banyak orang yang menerjemahkannya secara salah, seperti kelakuan sebagian orang yang secara ikhlas sukarela tanpa berpikir berani mengorbankan nyawanya sendiri dan sekaligus membunuh orang lain, seperti yang dilakukan para teroris amatiran yang baru beberapa hari lalu membuat kekacauan di kawasan Jl. Thamrin tepatnya di Simpang Sarinah Jakarta, Padahal arti kata jihad itu itu sendiri adalah berusaha keras atau sungguh-sunguh, berjuang yang tentunya di jalan Allah serta di rihoiNya.
Wahai, para teroris, apa sebenarnya yang ada di benak kalian?! di hati kalian?! merasa paling benar kah? paling suci kah? paling beragama kah? kalian bekerja melakukan sesuatu bagaikan mesin yg bekerja berdasarkan perintah seperti komputer yang sudah terprogram untuk menjalankan perintah sang operator, otak kalian sudah tidak waras tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tidak ingat lagi anak istri dan keluarga di rumah, benar-benar sudah di cuci otak dan di doktrin dengan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, norma kehidupan dan kaidah agama apapun.
Sepertinya selain merasa paling benar, paling suci dan paling beragama, yang lebih adalah merasa paling berhak menghancurkan hidup dan kehidupan orang lain bahkan bertindak lebih jauh, seakan-akan dirinya Tuhan yang dapat dengan mudah menghilangkan nyawa orang lain sekehendak hatinya, aduh, plis deh...
Terrlepas dari tindakan teroris, bom bunuh diri dan peristiwa adu tembak yang terjadi beberapa hari yang lalu, ada hal menarik yang kemungkinan besar, dan saya cukup yakin, hanya terjadi di negara kita tercinta, Indonesia, yakni tkp yang seharusnya steril dari berbagai aktifktas selain pihak berwajib yang melakukan tugasnya malah sepertinya berubah menjadi tempat wisata dadakan, terbukti tidak berapa lama setelah kejadian dengan bebasnya masyarakat tua muda, laki-laki perempuan berbondong-bondong datang mendekati lokasi dengan tujuan yang mungkin berbeda tapi serupa, ada yang ingin melihat dari dekat, ataupun hanya ingin memuaskan hasrat yang rasanya telah menjangkiti semua manusia modern saat ini, yakni ingin berfoto-foto atau berselfie ria dan langsung upload tak lupa ganti status @tkp sarinah, hadeuuuh....
Lain lagi dengan perilaku para pedagang asongan, pedagang keliling ataupun pedagang yang memang sudah biasa mangkal di sekitar lokasi kejadian, dengan tenang dan penuh percaya diri tetap berjualan menjajakan dagangannya disaat peristiwa mengerikan itu sedang berlangsung. dan herannya ada juga yang beli, tepok jidat deh..
Saudara-saudaraku, bapak-bapak, ibu-ibu, tidaklah kalian merasa terancam jiwa dan keselamatan hidup kalian?! apakah kalian lupa bahwa nyawa kalian jauh lebih berharga dari segala kegiatan remeh temeh kalian itu. Bom, adu tembak bukanlah hal main-main yang bisa dianggap sepele, sudah sepatutnya kalian hindari demi menyelamatkan hidup kalian, bukannya malah asyik dengan kesibukan masing-masing yang masih bisa ditunda di lain waktu sekiranya situasi dan kondisi normal dan kondusif.
#KamiTidakTakut memang benar-benar berada di jiwa manusia-manusia Indonesia yang telah terasah dan teruji dengan segala permasalahan di negeri ini, tapi ayolah... ini kejadian dan peristiwa serius yang harus disikapi secara berbeda dengan menghadapi masalah hidup, ini soal nyawa men...
Telah banyak beredar foto-foto dan berita yang secara cepat mendunia sampai ke luar negeri, negara-negara barat sana mungkin beranggapan bahwa masyarakat Indonesia seperti "menikamti" kejadian yang mengerikan ini.. Mungkin ada benarnya bahwa masyarkat kita ini tidak takut dan berani melawan teroris, tapi kalau melihat pertunjukan kemarin dari kacamata saya yang awam, sepertinya itu bukanlah sebuah bentuk keberanian tapi lebih kepada ketidak pedulian..
Guys, being brave doesn't mean you have no fear, right? Ah, tapi saya mah tidak tahu deng, da aku mah apa atuh...
Wassalam..
Dikirim dari iPhone saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H