Lantas, apakah kita hanya cukup puas menjadi generasi penggerutu, menyesali nasib dan jalan hidup yang sudah dibuatnya sendiri. Misalnya, menampik kerja yang hanya dibayar per jam.
Padalah tak sedikit kerja model demikian banyak pula yang bertahan, bahkan dengan keuletan dan ketekunannya mampu membangun korporasi sederhana, skala kecil-kecilan dengan tenaga kerja masih sebetas pelibatan anggota keluarga atau kawan dekat.
Kita kumpulkan bayaran setiap 1 jam itu, maka akan menjadi tetumpukan jam-jam dengan bayaran yang tinggal mengalikan saja.
Hidup itu pun dimulai dari hitungan jam, bayaran per jam pun tak mengapa, tapi kita tak pernah tahu kita mati jam berapa?
Intinya, manfaatkan kesempatan yang ada. Meski dianggap keci, ambil saja, meski dinilai rendahan, tangkap saja, dan meski dipandang sebelah mata, manfaatkan saja setiap peluang yang ada. Tantangannya, mengubah angka 1 ke passion 1.
Kita optimis, kita pastikan selalu ada kesempatan untuk merepair nasib dan masa depan kita. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H