Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi Itu Investasi

6 Oktober 2020   11:03 Diperbarui: 6 Oktober 2020   11:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah ujian pandemi covid-19, masih saja ada orang yang sampai hati sengaja membuat ricuh, gaduh dan mengadudomba, menebar berita bohong, melancarkan ujaran kebencian, dll. Jika tak segera dihentikan atau secara sadar mengakhiri, maka akan semakin membuat kemurungan bahkan berkemungkinan meletup konflik . Maka kemudian tak ada cara lain untuk menghapus semua itu kecuali, kerjasama membangun terwujudnya toleransi. Toleransi mesti menjadi perilaku harian kita.

Toleransi ini begitu penting di tengah kemajemukan kehidupan masyarakat kita. Dan ke-Bhinneka-an inilah menjadi kondisi nyata yang tidak terbantahkan dan harus mampu dikelola secara baik. Ketika keanekaragaman sebagai fitrah manusia itu mampu dikelola dengan baik, maka akan menjadi satu kekuatan hebat. Sebaliknya, kalau keberagaman itu tidak ter-manage dengan baik, maka berpotensi akan merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara.

Kita apresiasi kepada pihak-pihak yang menggelar silaturahmi, rembug bareng, musyawarah, deklarasi, pertemuan bersama lintas agama, suku, budaya, politik. Kesemuanya menunjukkan semangat nyawiji untuk terus mengawal dan merawat toleransi dalam kehidupan kebangsaan kita. Itu luar biasa, di tengah munculnya sikap-sikap intoleransi, radikalisme dan terorisme di sekitar kita.

Jadi bagaimanapun kencengnya isu-isu SARA, jangan sampai menimbulkan konflik horinsontaL. Hal ini karena seluruh pemangku kepentingan senantiasa mengajak, merangkul, mengedukasi dan memberdayakan warga dengan bahasa yang terasa sangat menyejukkan. Beliau-beliau ini menyampaikan nilai-nilai keutamaan yang luar biasa, kalau dalam Islam itu rahmatan lil alamin.

Bagaimana ceramah, pidato, dakwah, syiar yang disebarluaskan adalah tentang agama yang membawa kedamaian bukan kerusakan, mengajak bukan mengejek, menyatukan bukan mempertentangkan, memanusiakan yang lain, dan bukan menistakan.

Kita tentu tidak pernah lupa, bagaimana Islam masuk ke negara kita, atau khususnya tanah Jawa disampaikan dengan penuh keindahan. Para Walisongo dengan metode dakwahnya telah berhasil memadukan kebudayaan nusantara dengan agama Islam secara cerdas dan meleganda. 

Seperti halnya Kanjeng Sunan Kalijaga, dalam dakwahnya beliau menggunakan metode pertunjukkan wayang yang kemudian dikemas dan disisipi dengan ajaran Islam. Dan meski menggunakan metode asimilasi tetapi tidak pernah mengurangi esensitas agama itu sendiri. Itulah keindahan dakwah Walisongo.

Metode dakwah yang penuh kesejukan dan kedamaian itulah yang sangat relevan diterapkan pada masa kini. Ini metode yang mampu memberikan suntikan moral untuk hidup rukun bersama demi terciptanya negara yang makmur dan sejahtera tanpa merendahkan dan merasa paling benar sendiri diantara kelompok yang berbeda.

Apalagi di Indonesia itu adalah keberagaman, baik agama, suku, ras dan golongan. Jadi, kalau bicara membangun Indonesia maka kita semua harus bergandengan tangan, merapatkan barisan, menjaga persatuan dan kesatuan diantara segenap anak bangsa. Jangan merasa paling benar dan mengutamakan ego kepentingan kelompoknya sendiri-sendiri.

Indonesia harus dibangun atas semangat persaudaraan dan kebersamaan. Kalau satu kelompok dengan kelompok lainnya saling membenci, bermusuhan dan tidak menghargai, maka bangsa ini akan mudah terpecah belah, ringkih dan hancur. Kita tentu tidak ingin hal seperti itu terjadi. Kita ingin Indonesia bersatu padu, aman, tenteram dan damai.

Tabayyun

Harapan kita kepada para pemuka agama ataupun pemimpin ormas keagamaan bisa terus mengembangkan proses-proses edukasi kepada jamaahnya, khususnya dalam hal membangun toleransi dan kerukunan hidup beragama.

Bukan hanya pemuka agama Islam, tetapi juga kepada pemuka agama lain agar senantiasa mengajak jamaahnya bersikap dewasa dan toleran dalam kehidupan keber-agama-an. Lewat metode apapun, baik itu lewat mimbar-mimbar (pdium), tulisan di koran, cuitan di media sosial maupun cara virtual lainnya.

Prihatin kita kalau menyaksikan berbagai pendapat di medsos akhir-akhir ini. Satu sama lain saling serang, sikut, fitnah dan tidak saling menghargai. Bukan hanya eksternal atau antar umat beragama, tetapi juga sesama pemeluk agama, bisa saling menghinakan. Ini yang perlu serius diperbaiki bersama.

Selain dakwah yang menyejukkan, membangun toleransi juga bisa dilakukan dengan memperkuat silaturahmi baik intern ataupun ekstern umat beragama. Sebagai tradisi bangsa kita, silaturahmi dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa antar penganut agama maupun antar budaya. Selain itu, dapat menjadikan masyarakat Indonesia tidak individualistik. Semua bisa melebur sebagai bagian dari anak bangsa, Indonesia. Di sini kita ingin memastikan bahwa toleransi itu investasi.

Maka toleransi kita hari ini adalah berjuang menegakkan kebenaran, menjaga kerukunan, persatuan kesatuan, menenun benang kain kebersamaan, serta menguatkan jalinan ikatan persau-daraan dan kegotong royongan. 

Pun toleransi hari ini adalah tabayyun ketika mendapati informasi yang belum jelas kebenarannnya, menyebarkan ujaran kebaikan dan melawan berita kebohongan. Serta toleransi untuk mengatasi persoalan pandemi, kemiskinan dan narkoba juga terorisme. Kita ingin semua pihak menjadi pemilik saham toleransi sebagai bagian investasi merawat masa depan kebhinnekaan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun