Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batik Untuk Kehidupan (Dulu, Kini dan Nanti)

2 Oktober 2020   10:28 Diperbarui: 2 Oktober 2020   10:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana ibu-ibu di setiap sudut Kampung, di beranda rumahnya meniup cantingnya, menorehkan malam di kain dengan motif batik yang khas. Bahan-bahan alami pewarnaan batik juga cukup mahal. Jadi, keseluruhan biaya produksi batik pun cukup tinggi. Itulah sebabnya mengapa harga jual batik tulis tangan relatif lebih mahal.

Pelestarian batik sebagai kearifan lokal, harus disandingkan dengan tren pasar atau antusiasme masyarakat. Semua itu merupakan kearifan lokal Jawa Tengah yang adi luhung, yang harus terus kita lestarikan. Penghargaan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal ini menjadi kunci penting dalam rangka mempertahankan budaya batik. Masyarakat yang memilih nilai daripada harga, produsen yang lebih menghargai para pengrajin, dan para pengrajin yang mau melakukan modifikasi atas motif-motifnya.

Keberadaan beberapa komunitas batik, asosiasi perbatikan, kita harapkan mampu menjadi salah satu pasukan pelestari batik, yang terus bergerak melakukan aksi agar batik semakin diminati dan dicintai semua kalangan. Pada skala yang lebih luas, pelestarian batik sebagai kearifan lokal ini, harus disandingkan dengan selera masyarakat. Kalau berbicara pengembangan batik di era ini adalah bicara kreativitas dan inovasi, bicara kualitas dan desain. 

Disamping motif yang pakem seperti Sidomukti, Sekar Jagad, Wahyu Tumurun, Parang Kusuma, Batik Lasem, dll, harus ada desain batik yang inovatif, mengikuti perkembangan zaman. Sesekali perlu juga desain yang atraktif yang menyentuh selera anak muda. Namun demikian, seiring dengan pengembangan batik, satu hal yang harus menjadi perhatian besar kita adalah soal Unit Pengolahan Limbah (UPL) produksi batik. Hal ini harus dikelola secara baik agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Selamat Hari Batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun