Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Youtuber untuk Siapa?

1 Oktober 2020   15:03 Diperbarui: 1 Oktober 2020   15:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu bisa ajak temanmu jangan membuli, selalu sayang sama teman-teman, hormat kepada guru dan mencintai seluruh anak sesama bangsa. Upload video dan cerita-cerita itu di medsosmu supaya kawan-kawan lain bisa melihat keindahan itu," pungkasnya.

Anak-anak, youtube dan Ganjar Pranowo adalah bagian tak terpisahkan di jaman ini, apalagi youtuber lainnya. Maka kemudian sebagai orang tua tak perlu berkecil hati atau pesimis atas pilihan cita-cita anak-anaknya.

Karena bagaimanapun, satu masa satu waktu kita memastikan tak sedikit anak-anak yang ingin menjadi beda dan punya nilai tersendiri, yaitu menjadi youtuber. Kalau kita bijak mendampingi dan mengedukasi anak, lewat youtube pun kita juga bisa menabung perbuatan baik atau kesalehan, bahkan bisa menumpuknya menjadi bergunung dan satu saat kita memanennya.

Jaman kini, kita tak butuh heran manakala anak-anak ada yang mengambil cita-cita yang masih dianggap nyleneh, misalanya jadi yutuber seperti disentuh di atas.

Inet.detik.com (20/2/2020) melansir laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di negeri ini.

Pisau Bermata Dua

Berdasarkan total populasi Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, maka itu artinya 64% setengah penduduk RI telah merasakan akses ke dunia maya. Adapun medsos yang paling banyak 'ditongkrongi' oleh pengguna internet Indonesia dari paling teratas adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, LinkedIn, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, Sina Weibo.

Namun harus dipahami bahwa teknologi digital yang sangat mudah diakses melalui gawai ini bagai pisau bermata dua. Semakin canggih ponsel yang digunakan, semakin tajam "pisaunya". Ini membutuhkan ekstra tanggung jawab dari penggunanya, ataupun orang tua. Jika digunakan secara tepat akan memberikan manfaat, tetapi kalau berlebihan akan menimbulkan dampak negatif. Manfaatnya antara lain: mudah mendapatkan informasi dan hiburan, memper-mudah komunikasi, memudahkan proses belajar, dan menstimulasi kreativitas. Bahkan bagi yang kreatif, teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan.

Namun, jangan lupa bahwa dampak negatif yang mengintai sangat berbahaya, terutama pada anak-anak kita. Kecanduan gawai bisa menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain memengaruhi kemampuan anak berkonsentrasi saat belajar sehingga dapat menurunkan prestasinya. Jam dan lama waktu tidurnya menjadi tidak teratur, bahkan cenderung insomnia. Hal ini juga berdampak pada gangguan intelektual, antara lain menunda perkembangan bicara dan bahasa pada anak di bawah 2 tahun, mempengaruhi prestasi belajar pada anak usia sekolah.

Bahkan karena terlalu sibuk dengan gawainya, anak cenderung abai untuk melaksanakan ibadah keagamaan. Di samping itu, juga mengakibatkan gangguan fisik, berupa ketidak-seimbangan motorik kasar dan halus. Keasyikan bermain gawai menyebabkan anak kurang menggerakkan seluruh anggota tubuh, sehingga dapat memicu sakit persendian dan lemah otot. Tidak hanya menyebabkan gangguan fisik tetapi juga gangguan psikis, yang disebut Screen Dependencies Disorder (SDD), yaitu gangguan psikologis pada orang yang kecanduan gawai.

Melihat plus minus dunia digital, maka orang tua perlu mendampingi anak agar melek media dengan membantu mereka memilah, dan memilih informasi agar tidak gagal manfaat. Mengapa anak perlu melek media? Dengan melek media, anak bisa mengenali dan membedakan informasi baik dan buruk, anak dapat memilih dan memilah informasi yang benar, serta anak tidak mudah terpengaruh hal-hal buruk yang dapat merusak dirinya. Dengan demikian anak tidak gagal paham dan tidak gagal manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun