Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Mahasiswa Aktivis

21 September 2020   10:50 Diperbarui: 21 September 2020   10:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para mahasiswa jangan pernah alergi menjadi aktivis. Tentu sebagai seorang manusia pembelajar, kehidupan mahasiswa tidak boleh lepas dari sikapnya sebagai seorang akademis dan organisatoris. Kuliah Oke, ikut UKM Oke, aktif di pergerakan silakan. Semuanya harus bisa dilakukan secara seimbang. Jangan hanya salah satunya saja. Kuliah saja, nanti kalian tidak punya kepekaan dengan problem-problem rakyat. Atau hanya ikut pergerakan dan organisasi saja, nanti IPK-nya njemblok. Jadi, keduanya harus seimbang.

Agar keduanya berjalan dengan baik maka satu prinsip penting yang harus dipegang adalah jujur. Jujur memperjuangkan idealisme dan jujur dalam mengembangkan kompetisi untuk meraih prestasi.

Lalu bagaimana kita membangun kompetisi yang sehat? Maka, kita mengajak mahasiswa untuk mulai dari tradisi bersih, yaitu bersih pikiran dan bersih hati sehingga kita selalu berpikir positif ketika ada gagasan dari teman yang muncul, atau juga bersih untuk mencapai tujuan dengan cara-cara yang benar. Misal, budaya plagiat dan copy paste makalah, tugas laporan dan penelitian harus dihilangkan.

Solusinya adalah penanaman keyakinan dan kepercayaan diri, karena bagaimanapun aksi plagiat ini berawal dari ketidakpercayaan, sehingga membuat diri lemah dan kemudian berbuat curang.

Begitu pula jangan menjadikan kompetisi hanya untuk sekedar mengalahkan orang lain, to beat, melainkan sebagai media untuk menjadi lebih baik dari orang lain to be better. Kompetisi juga bukan untuk menjadi pemenang, tetapi bagaimana kita bisa mempunyai mental pemenang, yaitu kalau menang tidak merasa jumawa, dan ketika kalah harus bisa legawa.

Ini prinsip-prinsip yang harus selalu dipegang dalam setiap kompetisi yang kita lakukan. Bukan hanya pada saat ini saja ketika menjadi mahasiswa tetapi juga ketika sudah lulus kuliah dan masuk di semua lini kehidupan di masyarakat.

Namun demikian, di tengah upaya membangun suasana kompetisi yang sehat, mahasiswa juga harus mampu dan cerdas membaca peluang serta kesempatan dalam mendayagunakan potensi yang ada di sekitarnya. Mahasiswa jangan bingung menghadapi masa depan. Juga tidak boleh minder dalam bersaing dengan dunia. Semua harus bersiap diri untuk menjadi nomor satu. Jadi kita tidak boleh puas hanya menjadi follower. Kemudian uga harus mempunyai mimpi agar bisa mengejar tujuan.

Jadi, ketika sudah memiliki niat atau keinginan, maka bisa menjadi titik awal untuk melangkah ke depan. Sebagai mahasiswa minimal harus memiliki kepercayaan diri, berani mengukur tingkat pengetahuan ataupun kete-rampilan yang dimiliki. Karena itu, saya mendorong mahasiswa bisa menjadi wirausaha.

Sudah tidak jamannya lagi mahasiswa menanti mendapat pekerjaan. Anak muda semua harus berani belajar mengusahakan lapangan kerja sendiri, karena selain memberikan penghasilan juga sekaligus bisa menjadi bekal ketrampilan untuk menghadapi dan menjalani kehidupan di masa depan. Selain itu, juga bisa memberikan kesempatan kerja bagi orang lain.

Jangan mengartikan kewirausahaan dalam arti sempit, yaitu hanya khusus untuk yang kuliah di fakultas ekonomi saja, karena basis kewirausahaan ini luas cakupannya. Semua disiplin ilmu dapat mengembangkan kewirausahaan. Yang kuliah di pertanian, maka bisa mengembangkan bisnis kripik singkong, misalnya. Atau  mahasiswa Teknologi Informasi, ya bisa mengembangkan software dan lain sebagainya. Wirausaha ini  dapat dipelajari, diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pinter-pinternya kita saja untuk membaca peluang yang ada. Tidak perlu modal besar, yang penting ada niat dan keinginan untuk maju.

Hal ini penting karena ke depan persaingan di dunia kerja itu semakin ketat. Siapa yang tidak siap maka harus tersingkir dan tergilas. Maka, peningkatan kualitas SDM yang cerdas dan terampil harus terus dilakukan agar pada saatnya nanti kita mampu menjadi aktor utama ekonomi dunia. Bukan sekedar menjadi penonton yang justru akan di ping pong sana sini.

Ekstra Kampus

Selain itu, mahasiswa juga harus mampu mengambil peran nyata dalam mendukung kemajuan pembangunan bangsa. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, utamanya pada poin pengabdian masyarakat, maka mahasiswa juga bisa mengembangkan peran dan kontribusi riil yang memberi manfaat bagi masyarakat. Tentunya tidak harus berbentuk materi, karena berapa sih duit yang dimiliki mahasiswa.

Bukan untuk merendahkan kemampuan materi mahasiswa, tetapi kalau hanya mengandalkan duit dari orang tua, ya kasihan. Lain soal kalau mahasiswanya sudah memiliki usaha atau bisnis yang memberikan keuntungan besar. Maka mahasiswa yang demikian, bisa memberikan bantuan materi kepada masyarakat.

Maka, untuk mahasiswa pada umumnya, kontribusinya bisa diwujudkan dalam bentuk distribusi informasi dan pengetahuan untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ada transfer ilmu dan pengetahuan yang coba terus diberikan kepada masyarakat. Tidak harus yang njlimet dan rumit, simple saja yang penting masyarakat bisa semakin cerdas dalam mendayagunakan potensi yang dimilikinya.

Namun demikian, peran mahasiswa tidak hanya berhenti pada proses pemberdayaan masyarakat secara langsung, tetapi kontribusinya dapat dimunculkan melalui proses gerakan dan advokasi, yaitu gerakan mendistribusikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, seperti menyelenggarakan gerakan gemar membaca, gerakan hidup sehat, gerakan menanam pohon, gerakan anti covid-19 atau relawan belajar daring.

Sekecil apapun ide yang dimiliki pasti akan sangat bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan atas ide yang diwujudkan tersebut akan menciptakan kebaikan kepada orang lain. Dengan demikian, peran mahasiswa yang mungkin terlihat seder-hana, tetapi mampu membuka pengetahuan masyarakat mencapai kehidupan yang lebih baik.

Oleh karena itu, dihadapkan realitas tersebut diatas maka mahasiswa harus mampu menempatkan diri secara pas dan tepat, sebagai agent of change pembangunan bangsa. 

Mahasiswa bukan terus menjadi menara gading yang tampak megah namun tidak pernah turun ke bawah. Mahasiswa harus membuktikan perannya. Saat ini bukan waktunya untuk berpangku tangan, karena masih banyak PR yang harus dikerjakan. Mahasiswa harus down to earth memeerikan pemikiran-pemikiran yang kontributif, konstruktif dan memberikan solusi aplikatif di segala bidang pembangunan bangsa.

Karena itu, sekali lagi kepada mahasiswa baru, saya minta bisa menempatkan dan memposisikan diri secara lebih tepat. Fokus belajar itu utama, nanti ilmu yang dkuasai kemudian bisa dimanfaatkan untuk membantu program pembangunan bangsa. 

Aktif di UKM boleh-boleh saja untuk mengasah dan mempertajam kreativitas. Termasuk aktif di pergerakan ekstra kampus, agar mahasiswa  semakin peduli dan empati dengan persoalan-persoalan rakyat. Selain itu, juga terus mengembangkan jaringan pertemanan dan relasi lewat gerakan-gerakan maupun bisnis yang dikembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun