Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relawan Itu Kita

9 September 2020   16:28 Diperbarui: 9 September 2020   16:36 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti kita ketahui bersama, negeri kita merupakan wilayah dengan wilayah yang tingkat kerawanan bencana relatif tinggi. Selain dikarenakan kondisi geografis berupa pegunungan, laut dan perbukitan serta berada pada lempengan tektonik yang paling aktif di dunia atau ring of fire. 

Kondisi cuaca yang ekstrim dan prilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan seperti penggundulan hutan dan membuang sampah sembarangan menjadi faktor utama terjadinya berbagai bencana dan oleh karenanya Indonesia kerap disebut sebagai supermatket bahkan pusat studinya bencana. Gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, angin topan, rob dan banjir pernah kita rasakan bersama.

Barangkali sudah betahun-tahun berbagai bencana telah menerpa kita dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Beberapa aktifitas gunung berapi, seperti Merapi, Sinabung menunjukkan gejala peningkatan aktifitas. Ini tentu menjadi perhatian kita semua. Apalagi saat ini kita sedang dilanda pendemi Covid-19.  

Untuk itulah, di tahun ini berbagai program penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan dan kesiapsiagaan, penanganan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, recovery serta terkait dengan ketahanan masyarakat untuk mengurangi resiko dan dampak bencana harus terus menjadi bagian fokus kerja dan harus terus kita tingkatkan, tentunya dengan penyesuaian protokol kesehatan yang ada.

Dengan memanggul semangat gotong-royong dan kesengkuyungan, masyarakat dan seluruh stakeholder terkait sedikit demi sedikit telah sadar akan pentingnya mencegah berbagai bencana yang ada dengan membentuk berbagai komunitas yang secara swadaya melakukan mitigasi bencana berbasis masyarakat.

Walaupun begitu, kita tidak boleh berpuas diri. Masih ada berbagai permasalahan yang menjadi PR kita dalam penanggulangan bencana yang harus cepat kita selesaikan, yaitu antara lain belum optimalnya upaya-upaya yang dilakukan untuk pengurangan risiko bencana dikarenakan keterbatasan sumber daya, serta masih rendah dan belum meratanya kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana serta SOP Covid-19 yang masih banyak dilanggar oleh masyarakat.  

Untuk itu, singkronisasi program kegiatan antar OPD, khususnya BNPN, BPBD yang menjadi garda terdepan dalam penanganan kebencanaan harus terus dilakukan dan diperkuat. Sekat-sekat yang menghambat penanganan bencana, baik kewilayahan secara geografis maupun antar instansi, mesti di-hapuskan.

Sinergitas dan jejaring dengan seluruh pihak dalam penanggulangan bencana mutlak terjalin erat. BPBD Provinsi, Kabupaten / Kota, Dinas Sosial dan PMI sebagai ujung tombak dalam penanganan bencana harus bisa bersinergi, bekerja-sama dan bahu-membahu menyelesaikan berbagai PR kebencanaan.

Kita ingin sellau ada pengetahuan dan terobosan-terobosan baru yang menarik dalam penanggulangan bencana. Meskipun dalam setiap bencana itu ada kedaruratan, namun prinsip -- prinsip penanganan Covid-19 haruslah di junjung tinggi.

Dalam situasi kini, penting kita susun SOP sebaik mungkin dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesehatan yang ada. Mematuhi dan menjaga selalu disiplin dalam menjalankan koridor yang ada agar saat terjadi bencana tidak malah menjadi cluster baru penularan Covid-19.   

Lantas, bagaimana dengan masyarakat? Masyarakat bisa terlibat secara penuh untuk melakukan aksi nyata pengurangan resiko bencana. Saat ini tak sedikit relawan yang peduli bencana dan datang dari berbagai komunitas. Ambil contoh saja pandemi covid-19 sekarang ini. Barisan relawan hadir dan terlibat lansgung urun angan dan turun tangan.

Membantu sosialisasi pencegahan, penerapan protokol kesehatan, distribusi bantuan, evakuasi maupun melayani masyarakat yang terpapar covid-19 maupun warga terdampak, dll. Itu luar biasa. Ada semangat kegotong royongan, perasaan kebangsaan dan peduli pada kemanusiaan.

Tentu saja keterlibatan kita dalam membantu penanganan bencana disesuaikan dengan kemampuan dan kompetensi. Yang penting dalam setiap kehadiran relawan ke daerah bencana jangan justru menambah beban. Maka berangkat harus ada niat membantu dengan didukung kompetensi dan kemampuan kebencanaan.

Update Skill

Dengan demikian ketika terjun ke lapangan mereka mengerti apa yang harus dilakukan. Tentu tidak bisa jalan sendiri-sendiri, namun harus tetap di bawah komando dan koordinasi pihak yang berwe-nang, seperti BNPB atau pemda setempat.

Saya sangat mendukung spesialisasi dan kecakapan khusus dari para relawan. Dipetakan sesuai potensi masing-masing, seperti potensi menangani bencana kecelakaan udara, kebakaran hutan, petugas dapur umum, evakuasi korban maupun penanganan covid-19 yang belum juga reda dan lain sebagainya.

Keterampilan pemutakhiran jadi penting, untuk mencatatkan klasifikasi tiap-tiap relawan ini seperti apa. Tugasnya apa saja. Hal ini penting memperhatikan begitu tingginya semangat saling menolong yang ada di masyarakat dalam beberapa kali kejadian bencana. Potensi ini harus ditata supaya lebih tersistem.

Karena itu, penting mengadakan latihan gabungan. Dalam latihan itu ada simulasi bencana yang komplek. Dari latihan ini nantinya akan muncul kesamaan persepsi menanggulangi bencana apa yang harus dilakukan. SOP-nya seperti apa, dan semua bisa tahu persis.

Maka kemudian, Termasuk keterlibatan Perguruan Tinggi dalam penanaganan bencana senantiasa kita harapkan. Pada konteks ini, maka Tri Dharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat dapat dijadikan pondasi dan dasar tanggung jawab rekan-rekan akademisi terhadap bencana, termasuk pandemi covid-19. Meluangkan waktu untuk menengok kondisi bangsa yang sangat rentan terhadap bencana, maka itu sangat mulia dan berharga bagi kemanusiaan.

Mahasiswa tidak boleh hanya sekedar menjadi follower, tetapi trend-setter demi tegaknya ketangguhan bangsa. Rela memberikan perhatian, pikiran, bahkan tenaga demi survive-nya bangsa dan negara menghadapi bencana.

Pada prinsipnya kita semua harus jadi aktor utama dalam penanganan bencana. Perannya bukan hanya dalam kegiatan terkait tanggap darurat pada saat bencana serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Tetapi perannya juga terkait dengan kesiapsiagaan untuk mencegah, mengantisipasi dan melakukan tindakan-tindakan efektif atas potensi bencana yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun