Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Malam di Tugu Muda

8 September 2020   17:02 Diperbarui: 8 September 2020   18:51 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu malam bulan purnama, penulis berada tepat di taman dan air mancur Bundaran Tugu Muda Semarang. Ringkik penat solar dan pertamax berhamburan, ingatan personal membawa pada satu peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang yang terjadi pada tanggal 14 s.d. 18 Oktober 1945 silam.

Di seputar Tugu Muda inilah dahulu, pemuda dan masyarakat Kota Semarang, Salatiga Kabupaten Kendal, Grobogan, dan Demak bersatu padu mempertahankan dan merebut Kota Sema-rang dari pendudukan Tentara Kido Butai Jepang.

Tidak mengenal lelah, para patriot pejuang kerakyatan dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang melakukan perlawanan, dida-sari sikap ikhlas, rela berkorban jiwa, raga dan harta benda.

Penjara Wanita Bulu, Gedung Lawang Sewu, dan Museum Diponegoro, adalah saksi bisu bercecernya darah dan bergelimpangnya raga para pe-juang rakyat yang menjadi korban keganasan Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Itu semua adalah wujud nyata filosofi "Sedumuk Bathuk Senyari Bumi", yang harus tetap membara di setiap dada rakyat Indonesia yang masih diberi kesempatan menghirup nyamannya udara kemerdekaan, untuk terus mempertahankan setiap jengkal tanah di bumi Indonesia dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan positif dan kreatif demi kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Itu menjadi tugas dan kewajiban kita semua, sebagai wujud tanggung jawab kita sebagai bangsa yang besar, yaitu bangsa yang pandai menghormati dan menghargai jasa para pahlawan kusuma bangsa, dengan melanjutkan cita-cita perjuangannya dan mewujudkan pembangunan yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat.

Malam ini, penulis mencatat jejak sekujur Tugu Muda yang megah ini, untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan pejuang yang telah gugur, sekaligus introspeksi bagi kita, apakah kita telah melaksanakan amanat para pejuang yang telah gugur dengan sebaik-baiknya?

Sudahkan kita membangun tata kehidupan yang lebih bermartabat, sehingga mampu melepaskan diri dari belenggu 4 (empat) krisis yang kini melanda kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yaitu : Krisis Jatidiri, Krisis Ideologi, Krisis Karakter dan Kriris Kepercayaan?

Selalu penulis ingatkan, bahwa keempat krisis itu apabila tidak kita cegah, maka akan merusak persatuan dan kesatuan serta berakibat lebih fatal, yaitu hancurnya NKRI. Kalau persatuan dan kesatuan sudah retak dan NKRI hancur, maka yang menjadi korban dan merasakan sengsara tentunya rakyat kita juga, sementara yang membuat masalah tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, penting kita tanamkan betul sikap untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan 5 (lima) komitmen Negara Indonesia, yaitu: Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai tanah tumpah darah yang menjadi kebanggaan kita dan wajib kita jaga bersama keutuhannya; Pancasila, sebagai falsafah, pandangan hidup, ideologi, dan dasar negara Indonesia; Undang-undang Dasar 1945, sebagai lan-dasan konstitusional Indonesia; Bendera Merah Putih sebagai lambang keberanian (warna merah) untuk mempertahankan NKRI dengan dilandasi niat yang suci (warna putih), baik dalam pikiran, ucapan maupun tindakan ; dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai perekat per-satuan dan kesatuan Indonesia.

Selain itu, mutlak kita menaati aturan yang berlaku, supaya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berjalan selaras, serasi, seimbang, serta tercipta suasana yang sejuk dan kondusif. Suasana sejuk dan kondusif itu sangat kita perlukan, agar kita bisa menjalankan aktivitas kehidupan dengan nyaman, tenteram, damai, dan lancar untuk mencapai kesejahteraan.

Penulis ingatkan kembali, bahwa Kota Semarang adalah Ibukota dan pintu gerbangnya Provinsi Jawa Tengah. Karena itu, harus terus berupaya agar penampilannya tidak ngisin-isini. Apalagi, Kota Semarang ini menjadi salah satu destinasi dari 4 (empat) destinasi unggulan pariwisata nasional di Jawa Tengah, yaitu : destinasi wisata Semarang-Karimunjawa, Solo-Sangiran, Borobudur-Yogyakarta, dan Cilacap-Pangandaran.

Oleh karena itu, potensi unggulan wisata yang ada di Kota Semarang ini perlu terus kita tata, apakah itu wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata desa atau desa wisata, maupun wisata kuliner. Sebab, jalan tol Semarang-Solo sudah tersedia, maka Kota Semarang menjadi tujuan utama investasi dan pariwisata selain Kota Surakarta dan Yogyakarta.

Ini nyata, sehingga seluruh masyarakat Kota Semarang harus gumregah nyambut gawe menata Kota Semarang sampai ke pelosok kelurahan supaya memberi daya tarik bagi investor dan wisatawan.

Kita selalu butuh sosok-sosok pariwisata yang ramah, terbuka, suka menolong, dan toleran sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.

Kawasan Baru
Relevan di sini, maka kemudian warga perlu didorong dan gerakkan untuk bangkit dan terus melakukan karya inovasi menata Kota agar tidak lagi kumuh, rob dan banjir, tetapi menjadi molek dan memberi daya tarik mengesankan bagi Saudara kita maupun wisatawan yang berkunjung, agar betah tinggal dan kembali singgah di Kota Semarang yang kita cintai.

Fasilitasi beberapa pemenuhan kebutuhan infrastruktur wisata, contohnya seperti ketersediaan jalan tol Semarang-Solo, Tersiapkannya Bandara Ahmad Yani Semarang, Modernisasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pembangunan Waduk Jatibarang, Normalisasi Kali Banjirkanal Barat dan Timur.

Selain itu, juga Pembangunan Kolam Retensi untuk mengurangi rob dan banjir Kota Semarang, itu langkah riil komitmen saya untuk membantu kesulitan dalam membangun Kota Semarang. Termasuk pembangunan Double Track jalur Kereta Api.

Demikian pula pembangunan Pasar tradisional. Itu semua penting dilakukan agar Kota Semarang semakin maju, tidak kumuh, kepenak disawang dan rakyatnya sejahtera. Kemajuan-kemajuan yang telah berhasil kita torehkan, janganlah kita nodai dengan langkah-langkah yang kontra produktif, yang justru akan membuat kita berjalan mundur.

Tatanan kehidupan yang sudah bagus, jangan kita rusak dengan perilaku yang dapat memancing amarah dan merusak persatuan dan kesatuan, hanya karena mengejar kepentingan sesaat yang bersifat pribadi dan kelompok. Budaya Pancasila, yen ana rembug di rembug, itulah implementasi Sila ke-4 Pancasila, mari kita kembangkan dengan baik.

Jadi, Jangkar segitiga ABG mesti bersatu membangun Kota Semarang. Jangan ada yang melakukan langkah-langkah spekulasi ataupun tindakan yang menghambat jalannya pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Kota Semarang. Situasi dan kondisi Kota Semarang yang sudah baik dan kondusif ini, saya minta kita jaga bersama agar jangan sampai goyah oleh kepentingan-kepentingan sepihak dan bersifat sesaat yang tidak menguntungkan bagi masa depan Kota Semarang.

Mari, kita wujudkan Kota Semarang yang gilar-gilar, nyaman, sejuk, dan ngangeni, dengan "sedikit bicara dan banyak bekerja". Jadi, kalau kita mau maju, resepnya kerja -- kerja -- dan kerja.

Khusus Kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan yang sudah tertata dengan baik, agar penggunaannya oleh warga masyarakat ke depan lebih baik, sehingga jangan sampai kumuh dan semrawut lagi. Bila perlu, penting membuka kawasan-kawasan baru agar pusat keramaian terpolarisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun