Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geguritan, Katarsis Covid yang Terjal

8 September 2020   13:11 Diperbarui: 30 April 2021   18:01 3600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katarsis Covid-19 (cdc/unsplash)

Setiap hari kita dipasok informasi yang berlimpah tentang virus corona, area terdampak, jumlah pasien positif, bahkan nama-nama korban keganasan covid-19 di media. Informasi pun ada yang berasal dari pemerintah dan lembaga atau pihak lain.

Ruang medsos kita setiap detik sarat dengan berita-berita resmi dan dapat dipertanggungjawabkan maupun berita yang  hanya hoaks. Kedua kutup itu berebut tempat di otak dan hati masyarakat. Ada yang malah bingung, ada yang mengangguk tanda mengerti atau ada yang mengernyitkan dahi simbol ketidakpahaman, ada pula yang menggeleng-gelengkan kepala yang lekat dengan ketidaksepakatan.

Mana yang benar dan mana yang keliru? Di tengah pergulatan virus yang begitu cepat menyebar, informasi yang benar dan menenangkan memang mesti hadir jauh lebih cepat bahkan melampaui jejak virus mematikan itu.

Jika dalam sehari sejak pagi hingga sore atau malam kita memelototi berita-berita di layar kaca atau medsos yang mengungkap mereka yang terjalar positif corona dan jatuhnya para korban corona, bisa-bisa kita tambah panik dan tegang.

Di negeri ini apa-apa bisa jadi geguritan. Dalam KBBI, geguritan adalah puisi tradisional dalam bahasa bali atau jawa. Geguritan berasal dari kata dasar gurit. Geguritan itu bukan sekadar sajak, tapi memandang suatu persoalan secara berbeda. Sesuatu yang kita anggap biasa bisa jadi menarik dari kacamata geguritan.  Masalah lokal sampai dengan problema nasional bahkan dunia, seperti wabah virus covid-19 atau corona sekarang ini bisa dikonstruksi menjadi sebuah geguritan.

Wikipedia pernah melansir, geguritan atau dalam hal ini puisi Jawa modern mulai muncul pada tahun 1929 di majalah Kejawen dengan terbitnya tiga buah judul geguritan. Pada tahun 1930-1940, terbit tujuh buah karya lainnya.

Di era serba digital saat ini, geguritan telah menjadi bagian dari cara berkomunikasi kalangan tertentu, mungkin termasuk milenial juga. Bahkan lebih dari sekedar cara berkomunikasi, geguritan juga mampu memberikan pengaruh yang sangat besar.

Pada umumnya geguritan yang ada di internet bertujuan sebagai media untuk menyampaikan pesan tertentu. Geguritan, muncul sebagai salah satu ciri khas yang paling menonjol dan dipakai oleh netizen dari Jawa dan Bali. Jadi bisa dibilang, geguritan ini menjadi semacam format bahasa universal lintas dunia digital kalangan tertentu pula (orangtua, guru, mahasiswa maupun kelompok yang peduli dengan sastra jawa, dll).

Diksi yang dipilih biasanya berasal dari sesuatu bermakna dalam sebagai konten yang ingin diusung di dalamnya. Bisa saja geguritan tak selalu serius, tapi bisa juga mbayol, menyindiri, mengcounter satu soalan, misalnya. Bisa pula pada geguritan tersebut ditambahkan gambar atau photo bahkan video yang relevan dengan ekspresi atau pesan yang ada pada geguritan.

Keliaran, barangkali ada juga konten kelucuan yang dibawa dapat menggambarkan situasi atau isu terkini yang sedang menjadi perbincangan publik. Membaca covid-19, acap menerbitkan ketidaknyamanan, kepanikan, ketakutan, atau diselipi cara atau tips melawan pandemi. Dalam pergerakan demikian, negara hadir menenangkan rakyat, dan geguritan juga menjelma menjadi saluran pelepas ketegangan (katarsis).

Atas budi baik geguritan, kita bisa bersenyum-senyum ketawa ketiwi sendiri melihat gambar, foto atau video maupun teks di dalamnya. Atau kita juga dibuat terpingkal-pingkal dengan kebodohan dari deretan aksara geguritan. Geguritan, seakan bisa membaca atau menertawakan nasib kita sendiri.

Sarat Pesan

Aneka rasa dan warna dapat berhamburan dalam geguritan. Geguritan membawa kita pada klimaks tapi juga bisa anti klimaks. Puisi berbahasa jawa itu serba ada serba bisa. Ada yang merasa tersindir, ada yang berasa tertahan, bisa membuat terkekeh-kekeh tapi juga bisa membikin orang mengurungkan senyum, bisa sensi tapi bisa sensasi, dll.

Menghadapi dan mengatasi pusaran covid-19  ini, kita mesti disiplin melakukan protokol kesehatan dan keamanan dari negara. Bermasker, bekerja di rumah atau menjaga jarak adalah bagian mencegah gusarnya covid-19. Kita perlu konsisten dan jangan sampai kita justru menjadi spoiler.

Kita mesti Tarik-ulur. Jangan selalu tegang, tak perlu sensi tinggi, apalagi selalu apriori atas semua aksi dan peran-peran semua pihak, tidak usah tak perlu menyalah-nyalahkan pemerintah, tak layak menuntut tinggi negara, tak usah ngedumal dan atau menggerutu. Tidak baik menjadi narsis. Kita berusaha sekuat tenaga dan berdoa tanpa jeda mengusir koloni pandemi.

Di saat-saat seperti itu, kita perlu menziarahi peristiwa, kita butuh kawan yang empatik yang menunda bahkan mengurai lara sedih melalui geguritan.

Pada tataran praksis, fenomena geguritan yang baik (hati) membuat kita lebih kreativ dalam menyuarakan opini, komentar, kritik maupun satire. Namun demikian, pada proses inovasi geguritan hingga kini masih penting atas pendampingan dari para guru, dosen, orang tua maupun influencer yang arif agar konten dan konteks geguritan terbebas dari unsur sara.

Karena, jika geguritan yang kita kreasikan kala memunggungi regulasi dan norma bisa berperkara hukum. UU ITE menjadi reminder yang memandu dan membantu. Edukasi soal geguritan, penting karena ada sajian, tayangan maupun tuntutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun