Pada situasi masih dalam pendemi, penting menyediakan pemandu wisata, agar jadwal wisata lebih tertib tak berjalan semau gue dan menghindari gerombolan atau kerumunan pengunjung. Di sini perlu dibatasi 1 pemandu 1 group (5-10 orang).
Pengembangan wisata virtual juga menjadi langkah alternatif dalam reaktivasi wisata. Melihat animo masyarakat yang sangat tinggi dan sebagai obat kangen berwisata, maka dimungkinkan beberapa event tersebut dapat berjalan terbatas dengan tetap memperhatikan peta persebaran pandemi daerah dan protokol kesehatan serta didukung penayangan event secara live melalui kanal media sosial Youtube, Instagram dan tayangan televisi, sehingga masyarakat dapat merasakan berwisata secara virtual menggunakan gawai di rumah.
Beberapa destinasi wisata yang sudah bisa dinikmati secara virtual tersebut, diantaranya yaitu Candi Borobudur, Monas, Tangkubanperahu, Lawangsewu, Situ Patenggang, Gunung Batur, Maerakaca, Sangiran, Taman Nasional Blauran, Tamansari Jogyakarta, Sam Poo Kong Semarang, dll.
Hadirnya wisata virtual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital pada masa pandemi corona merupakan sebuah peluang baru bagi para pegiat dan operator wisata. Terlebih lagi dengan dibatasinya ruang gerak masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona, maka berwisata sambil tetap berada di rumah menghadirkan sebuah pengalaman baru.
Aturan baru dulu, operasional kemudian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Itulah dunia pariwisata (kini) dan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H