Untuk menemukan sumber-sumber ide kreatif, coba datangi tempat-tempat baru; temui orang-orang baru; dan pelajari industri-industri baru. Namun ide-ide kreatif hanya akan menjadi angan-angan tanpa ada kemauan untuk mengeksekusinya. Tantangannya bagi para wirausaha adalah sering kali tidak ada cukup kemauan untuk mengeksekusi ide-ide baru yang telah didapatkan.
Untuk menghilangkan rasa malas dan keengganan, kadang kala kita harus menciptakan "faktor-faktor pemaksa". Apa saja itu? Bisa finansial, mental, maupun sosial. Selain itu, penting rasanya dalam menjalankan usaha baru ini kita pegang nilai tambah produk.Â
Sekali lagi, value Added menjadi penting, mengapa orang harus beli produk kita, Apa yang menarik dari produk kita, Ada apa di balik produk kita dan nilai tambah apa yang ada pada produk kita, dan yang membedakan dengan produk lain.Â
Di era digital ini, kewirausahaan harus memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi untuk membangun jejaring komunikasi; untuk saling menguatkan; saling belajar; tukar menukar informasi; pemasaran; memudahkan koneksi pasar; serta pengembangan satu standar untuk produk yang sama.
Yang paling penting adalah upaya untuk mempraktikkan. Seiring dengan hal tersebut, karyawan dan perintis usaha juga harus meng-upgrade skill dan memperluas visinya jika ingin bersaing di tingkat global.Â
Penggunaan teknologi informasi memang mutlak diperlukan untuk memperluas jangkauan pasar. Namun hal itu harus diiringi dengan kualitas produk yang bagus dan mempunyai kualitas global.Â
Satu hal yang harap digarisbawahi adalah insentif ini hanyalah pancingan, atau hanya kail bukan ikan bagi kawan-kjawan karyawan yang masih bergaji mini dan atau bagi perintis usaha. Artinya wajib dipahami bagi semuanya, insentif ini ada masa akhirnya.
Harapannya, penerima insentif mampu membalik kenestapaannya sehingga mampu menjadi sosok sukses dan mandiri tanpa harus bergantung pada pemerintah atau lainnya.Â
Dan, pada gilirannya bahkan mampu menyokong negara menciptakan lapangan kerja dan usaha baru, memasifkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat miskin, desa dan marjinal lainnya. Â
Selain kucuran insentif bagi karyawan dan perintis usaha, maka kemudian pada kesempatan mendatang, tak kalah pentingnya pemerintah juga menjulurkan insentif bagi pegawai honorer K2 bahkan yang sudah lolos PPPK, kemudian kaum disabilitas maupun para PSK sekalian.Â
Indonesia tak akan miskin kala mengalirkan arus insentif padanya. Pemerintah bukan David Coperfield atau Bandung Bondowoso yang mampu menggubah sukses simultan dalam sekejap atau semalam.