Ketika menjumpai muramnya UMKM di pedesaan, kampus akan lebih gagah dengan menyentuh mereka dalam soalan SDM, keuangan dan permodalan bahkan pasar. Petani dan UMKM kita jago di urusan produksi tapi merasa kesulitan saat dihadapkan dengan perkara pemasaran produk maupun hasil lainnya.
Dalam relasi ini kampus bisa mengintervensi dengan model edukasi bisnis on line. Karena sekarang era digitalisasi dan otomatisasi. Viralisasi produk lewat media sosial pada era sekarang menjadi pilihan jitu untuk meraup keuntungan secara cepat dan mudah.
Karena di desa itu potensinya tak sedikit, seperti di satu desa tak menutup kemungkinan terdapat beberapa usaha ekonomi produktif atau UMKM dengan beragam produk dan usahanya yang sifatnya masih rintisan (startup), kecil, menengah bahkan barangkali ada yang sudah meneguhkan sebagai industri besar, sehingga mampu membangun lapangan kerja bagi masyarakat di lingkungannya. Pada situasi pandemic ini, UMKM desa begitu berjasa tetap mampu membantu warga untuk tidak terjebak pada kelaparan dan hidup layak dalam konteks sederhana.
Live Performance
Tatkata UMKM desa tersebut bergejolak dengan susahnya mencari pembeli, mendapatkan pasar, maka tak ada jeleknya kampus bisa mengedukasi desa dengan mendirikan co working space atau semacam kantor bersama dengan layanan prima tentunya. Di sini ada klinik usaha, bantuan networking dan problematik lainnya.
Ekspetasinya, lebih hemat dan cepat dalam urusan pemesanan dan pemasaran produk atau order lainnya. Karena di sini menyediakan orang-orang yang punya kompeten dan terkoneksi dengan seluruh sentra atau titik-titik usaha.
Atau kampus bisa kolaborasi dengan mendatangkan best practice, seperti BUMDes Ponggok Klaten, BUMDes Pujon Malang yang mampu meraup pendapatan tak kurang Rp 1 milyar per tahun. Undang juga para inventor teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa.
Misalnya desa kopi, maka di sana butuh pengurai sabut kelapa, pengolah daging kepala, pengolah tempurung kepala, produk gula kelapa pun bisa dibikin dengan tste original atau sudah adukan dengan bahan lain. Kampus bisa menghandel itu semua. Di sini caring atas desa dipertaruhkan dengan nama besar kampus yang diharapkan well educated, high attittude.
Guna membangun desa yang terbuka, bisa juga kampus mendorong dan menggerakkan barisan profesor, master, sarjana maupun mahasiswanya turun gunung tak cuma saat KKN sebagai dosen pembimbing belaka.
Lebih dari itu hal ini sekurangnya mampu menjadi motivasi belajar untuk meraih pendidikan tinggi tanpa menindih kedesaannya sesungguhnya. Presiden, Gubernur dan bebarapa Menteri Kabinet Indonesia Maju sudah memberi teladan untuk blusukan di desa-desa, sarasehan dengan masyarakat desa, ngopi barang rakyat desa, dll.
Kini, kampus mesti menjadi motor perubahan, sekurangnya mampu memimpin orkestra Kedesaan dalam keragaman, "Tengoklah dirigen, pasti mulai kerjanya dengan partitur komposisi di tangan, di kepala, dan di hatinya.Â