Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi dan Kebangkitan Perempuan Desa

7 Agustus 2020   12:42 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:45 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kerajinan kain tenun Toraja Utara. (sumber: Biro Humas kemendesa.go.id)

Pandemi covid-19 sekurangnya menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan semangat dan partisipasi perempuan di pedesaan, khususnya perempuan yang putus sekolah, miskin, single parent, buta aksara, bahkan renta.

Demikian juga, tak dipungkiri, tak sedikit perempuan pedesaan yang menganggur atau sekadar buruh serabutan maupun bekerja di sektor domestik, ekonomi subsisten. Artinya, income yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan makan belaka. Padahal orang hidup tak sekadar makan, tapi kebutuhan lain yang terus mendesak.

Sebut saja, biaya pendidikan anaknya, biaya rumah sakit, anggaran susu, bayar listrik dan atau kewajiban membayar iuran BPJS, dll. Belum lagi ditimpuk biaya sosial lain yang cukup menggemaskan, seperti jagong atau undangan.

Kemurungan saat pandemi kini kita harapkan ada kepedulian pemerintah desa untuk lebih memikirkan, memperhatikan dan memberdayakan kaum perempuan di wilayahnya. 

Mengajak dan menghadirkan atau melibatkan perempuan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes), sehingga kelompok perempuan ini mampu menuangkan usulan program kegiatan yang relevan dan menjadi prioritas pedesaan. 

Sekurangnya dalam penanganan covid-19, seperti di lapangan banyak praktik jogo tonggo dengan membagi sembako pada warga miskin dana tau pager mangkok pada warga yang sedang menjalani isolasi covid-19, dll.

Bagi kaum perempuan yang kebetulan tidak punya pekerjaan tetap atau temporer bahkan pocokan, sebetulnya selain aktivitas di atas, bisa dilibatkan pada program diklat usaha ekonomi produktif yang relevan dengan potensi desa. 

Ketika desa pantai, misalnya yang kaya dengan mangrove, maka komoditas ini selain berjibaku sebagai penjaga abrasi laut, dapat didayagunakan menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi : sebut saja kue, sirup, alat peraga edukatif, makanan kering, dll.

Keterlibatan perempuan dalam program seperti itu, yang tak banyak menyita waktu dan dapat disambil mengerjakan tugas domestik, bisa menaikkan rasa memiliki atas pembangunan terhadap desanya juga pengawasan dalam proses pembangunan lain, seperti infrastruktur. 

Jadi, posisi perempuan di sini strategis, karena mereka bisa merangkap sebagai pekerja sekaligus pengawas organik atas potensi penyelewengan dana desa atau pembangunan umumnya.

Semangat perempuan, setidaknya semangat perubahan. Hijrah menuju kearah yang lebih baik, mengubah paradigma, dari perempuan yang malas menjadi giat, dari sendiri menjadi berasama-sama dan dari bergantung ke mandiri atau berdikari, dari konsumtif menjadi produktif, dari semau gue menjadi peduli dan care, sehingga perempuan ini punya daya tawar tinggi. 

Karena di lapangan, masih banyak terjadi upah perempuan masih jauh lebih rendah dibanding laki-laki, meskipun volume, dan waktu yang dihabiskan tak ada beda antara keduanya. Tak jarang pula, perempuan masih menjadi subordinat dalam pekerjaan-pekerjaan pembangunan level rendah atau lebih mengutamakan otot ketimbang otak.

Investasi lebih jauh adalah semakin terbitnya gairah kaum perempuan, yakni urun angan dan turun tangannya dalam pembangunan di wilayah masing-masing. 

Relasi yang dibutuhkaan saat ini adalah optimalisasi peran kelompk PKK desa setempat dalam menghela kaum perempuan marjinal ini dalam program pemberantasan sarang nyamuk malaria, penataan lingkungan dan permukiman, perbaikan rumah tidak layak huni.

Lalu, pembangunan perpipaan air dari bukit cadas melalui selang atau pipa pralon plastik yang menghunjam hingga rumah warga, mengurangi AKI dan AKABA maupun mengenal, mengantisipasi serangan kanker serviks dan yang sedang tren, yakni penyuluhan dana tau sosialisasi bahaya, dampak dan pencegahan covid-19.

Atau, bagaimana merawat kesejahteraan lewat program KB, juga mendukung program pemerintah yang lagi in, yakni pengurangan limbah plastik dengan belajar kembali ke desa. Warga desa kalau belanja membawa tas jinjing sendiri dari rumah, menyediakan minum pakai kendi atau gelas tanpa plastik air mineral, dll.

Kita ingin Undang-undang 6/2014 tentang Desa menjadi tolak ukur penting dalam mewujudkan perempuan desa yang berdaulat. 

Kedaulatan perempuan desa menjadi penting dalam pelaksanaan UU Desa sebab aparatur desa dan masyarakatnya dapat duduk bersama untuk menyusun program pembangunan desanya dengan memanfaatkan Dana Desa yang menjadi salah satu program unggulan pemerintah.

Underground

Harapan kita, perempuan desa punya tiga hal besar dalam hidupnya, yaitu berdaulat dalam politik. Salah satunya ditunjukkan lewat keterlibatanya dalam forum perencanaan RT/RW/kampung atau desa, mencoblos saat pilkada/pilpres, hadir dalam pertemuan warga, dll.

Kemudian, kemandirian dalam ekonomi. Artinya perempuan tak terjebak dalam ekonomi underground, tapi punya pekerjaan atau usaha ekonomi produktif secara permanen sehingga ketidaksementaraan pendapatan yang diperoleh tapi kepercayaan diri beroleh sumber ekonomi baru. dan, tak kalah hebatnya adalah berkepribadian dalam budaya.

Konstlelasi yang harus dibangun, perempuan perlu terus merawat nilai kearifan lokal, spirit kebangsaan serta membuat diri dan keluarganya sebagai rumah Pancasila.

Cermat dan waspada atas gempuran intrusi budaya asing, radikalisme, terorisme, intoleransi maupun narkoba, sehingga perempuan tetap membentengi keluarganya dengan balutan nilai etik dan etos yang berperadaban tanpa mengalami alienasi (kepanglingan) budaya.

Di sinilah perempuan bakal berkilau dengan kapasitas diri dan atau kompetensinya. Inilah kualitas SDM perempuan kian dibutuhkan dalam matematika pembangunan desa bahkan percaturan politik.

Memang, sejumlah kendala seolah masih memborgol kaum perempuan dalam setiap tahapan proses pembangunan desa, salah satunya adalah kurangnya penguasaan teknologi tepat guna. Karena SDA desa cukup melimpah.

Namun, belum dikelola secara optimal, sehingga tak sedikit hasil bumi desa atau produk pertanian desa hanya dijual dalam bentuk mentah belum diolah menjadi komoditas yang bernilai tambah.

Di sini penting pemerintah desa perlu memberikan pelatihan usaha, mengenalkan bisnis on line dan jejaring, mengucurkan kredit murah bahkan tanpa bunga, seperti kredit mini/dini bagi pedagang pasar tradisional, kemudian mengedukasi soal off farm selain on farm desa yang juga penting disuntikkan kepada perempuan desa.

Pioneer

Jangan sampai sumberdaya atau potensi desa justru dikuasi orang lain, orang di luar desa. Oleh karena itu, kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi tantangan agar perempuan desa itu responsif atas ketidakberdayaannya, kemiskinannya sekaligus untuk memastikan proses penguasaan kembali ke desa.

Di luar itu, pandemi covid-19 harus menjadi momentum kebangkitan perempuan desa dalam membanguan kembali semangat kebhinekaan, tenggang rasa dan toleransi yang dalam waktu yang relatif panjang menjadi salah satu identitas kuat masyarakat di pedesaan. Karena, saat ini beberapa dari kita sedang mengalami defisit sosial. 

Upaya pemberdayaan masyarakat desa yang kita gelorakan membangun integritas masyarakat desa termasuk kaum perempuan desa yang terbuka, toleran, sikap gotong royong yang menjadi identitas masyarakat desa.

Perempuan desa hari ini adalah perempuan inklusif, menjadi pioneer kebaikan, kebenaran dan inovasi. Perempuan desa hari ini adalah perempuan genial (riang dan berani), perempuan desa hari ini adalah sosok yang anti korupsi, gratifikasi dan pungli. 

Perempuan-perempuan yang punya sense of belonging atas desanya, terhadap pandemi covid-19 sehingga mampu membalik keterpurukan kaumnya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun