Setarik nafas itu, sudah saatnya parpol memerankan naga berkepala tujuh, melakukan beragam sukses secara simultan, yaitu mengedukasi politik rakyat juga gigih berjuang membalik kemiskinan, sekurangnya melawan covid-19.
Jika sudah demikian, bukan mustahil jago (nya) parpol akan dicari rakyat, sehingga tak berlebihan selain piawai mengurus politik, parpol masa depan bisa berkemampuan sebagai pusat informasi, rumah produksi, jejaring dan penyelenggara event bagi seluruh upaya pengentasan kemiskinan struktural dan kultural, berkelindan dengan pemerintah. Inilah simbiosa mutualisme dwi tunggal, bukan dwi tanggal.
Parpol mungkin diangap berhasil jika mampu mendorong, menggerakkan dan memberi daya hidup rakyat untuk mampu dan berani mengubah nasib dan masa depannya, menaikkan daya tawar yang lebih baik, khususnya bagi orang miskin.
Nggak usah sampai urusan kehadiran di Gedung Dewan. Satu hal sederhana bisa dilakukan, yakni perwakilan parpol berpartisipasi dalam forum musrenbang desa : urun rembug mengusulkan dan mengawal program-program yang caring pada rakyat miskin. Kalau tidak, jangan pernah mengklaim pro kaum miskin ketika pebotoh dengan jejaringnya jauh lebih cakap dan cepat menghadirkan dana-dana bantuan ke warga miskin.
Menutup rehat ini, semoga parpol yang pengurus dan anggotanya berserius memikirkan dan mengangkat isu maupun menuntaskan problematik kaum miskin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H