Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sumpah Setia Sumpah Kita

19 Juni 2020   09:35 Diperbarui: 19 Juni 2020   09:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang kita merasa naif memikirkan apa yang terjadi di sekitar. Coba saja, tak sedikit elit yang jual beli jabatan, hakim yang transaksi vonis, guru yang (masih) melakukan kekerasan, pegawai bank yang membobol uang nasabah, aparat yang terlibat narkoba, guru ngaji sebagai bomber terorisme, ustad yang mengibaskan sayap provokasi, plagiarisme oleh dosen, ASN yang korupsi atau jadi calo calon-ASN, atlet yang beroleh juara dengan menggunakan dopping, dll.

Perilaku di atas dapat dikategorikan sebagai penyimpangan profesi oleh profesional. Karena, misalnya praktik kekerasan dalam dunia pendidikan apapun bentuknya (verbal dan atau fisik) merupakan sebuah pelanggaran peraturan.     

Para aktor atau pelaku tersebut bisa dibilang berpendidikan, terpelajar dan ketika seorang hakim menerima suap dari tersangka perkara hukum atau tatkala polisi yang tiba-tiba tertangkap karena memperdagangkan narkoba. Mereka itu telah menjadi bagian pengingkaran profesi, tepatnya pengkhianatan profesi.

Rapuhnya integritas seseorang ikut andil atas peristiwa rusaknya profesi. Barangkali ada yang berprinsip, siapa jujur ajur, dan tidak jujur bakal mujur. dan, ketika para pejabat terkulai dalam opsi kedua, maka hati, otak dan aksinya hanya satu, yakni mujur secara karier dan mujur dalam sosial. Padahal untuk mencapai kemujuran itu, tak sedikit segala rupa norma dan aturan ditabrak hanya untuk memuaskan hasrat berlebih karena terlampau lama narsis atas kerentanannya sebagai alibi.

Kemudian, bergelimang harta menjadi orientasi utama mereka yang tega dan tegas melakukan pengingkaran profesi. Semua disulap dan disuap dengan uang. Uang segala-galanya, ia telah menjadi berhala baru baginya. Tanpa uang tak ada progres. Uang telah memperbudak dirinya menjadi budak nafsu jaman. Mereka tak segan-segan menjual data, informasi dan bocoran lain demi setumpuk uang.

Acap mereka yang devian ini sudah tak lagi menghargai atau menghormati itu nama besar, keluarga atau korps. Kehormatan itu sudah tak penting lagi, dan uang menjadi magnet daya hidupnya. Inilah ASN yang keblinger. Tipikal ini bahkan tak berat hati kala menjual harga dirinya.

Apa yang diungkap di atas sungguh membuat kita ngelus dada. Karena, bagi ASN sesungguhnya telah mengingkari sumpah janji jabatan, pelanggaran pakta integritas maupun penguingkaran atas nilai agama yang dianutnya. Karena agama apapun tak pernah kompromi atas pengingkaran apalagi pengkhianatan pada profesi. Mereka bekerja bukan lagi bertumpu pada pengabdian tapi lebih pada imbal balik uang. Semakin tinggi honor yang di dapat, maka ia jauh lebih giat ketimbang saat harus bekerja/mengajar secara gratis.

Kondisi tersebut jika tak ditanggulangi akan jauh lebih heboh dampaknya, yakni terjadi akutnya pelacuran profesi. Pada step seperti itu begitu rentan atas runtuhnya kepercayaan masyarakat atas urgensi dan strategisnya profesi tersebut. Keterpurukan ini jika pun terlampau dirawat oleh yang bersangkutan, bukan tak mungkin justru hanya akan mematikan pintu pendapatan atau pundi-pundi uangnya di masa depan. Karena masyarakat sudah telanjur tak percaya dan berpaling pada orang-orang yang masih punya komitmen, kompetensi dan dedikasi.

Sekali lancung ke ujian, semur hidup orang tak bakal percaya. Sekali berbohong, dua tiga berbohong lagi, maka dia akan dilabeli tukang bohong. Demikian juga orang-orang yang menyalahgunakan tupoksi, kewenangan atas profesinya dan tertangkap atau ketahuan, maka tidak mudah baginya untuk membalik branded hitam yang keburu melekat di sekujurnya. 

Analog konkret, ketika tak sedikit pelajar terkena narkoba, maka para guru berteriak menyoal si anak yang bandel, keturunan dan lingkungannya yang salah. Tak pernah rasanya korps satu ini secara ksatria mengakui ketidaksempurnaan dan kegagalannya dalam mencetak foto pendidikan yang belum bisa membuat bersenyum semuanya..

Bisa dibayangkan, manakala orang-orang yang tega mengingkari profesinya bukan tak mungkin profesi pokoknya terabai dan kalaupun nampak menekuni profesinya, tak lebih dari sekadar topeng belaka. Kenapa? Karena basis mental, mindset-nya hanya materi atau uang. Ketika masyarakat telah memberi varian profesi dengan segala keluh kesahnya, sesungguhnya sejak itu akan memunculkan kelas-kelas sosial baru di masyarakat yang tentunya akan berdampak pada besaran partisipasi yang beragam pula dalam pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun