Mohon tunggu...
Gadget Pilihan

Ponsel, Kesehatan, dan Big Data

1 November 2018   17:00 Diperbarui: 1 November 2018   17:00 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemunculan perangkat pribadi seperti iPhone dan Android memungkinkan lebih banyak akses yang bisa dijangkau ilmuwan menjadi lebih luas, membuka jalan untuk wawasan yang lebih baik.

Centre for Big Data Research in Health (CBDRH) di Universitas New South Wales, Australia, mencoba untuk mendorong penelitian ini ke depan. Seperti yang dilaporkan Cosmos, universitas itu menggunakan berbagai jenis perangkat pribadi untuk menemukan cara baru dalam mendiagnosa dan mengobati penyakit.

Data Scientist di CBDRH, Dr Timothy Churches menjelaskan bahwa ponsel pintar kini hadir dengan akselerometer yang sangat sensitif terhadap tekanan atau goncangan sekecil apapun. 

Mereka berusaha menggunakan ponsel pintar untuk mengkarakterisasi kondisi pasien setelah operasi, dan menggunakan metode machine learning untuk mencoba dan mendeteksi perubahan yang dapat mengindikasikan permasalahan pada pergantian pinggul atau lutut.

Selain itu, aktivitas media sosial di Instagram dan Twitter juga melacak kesehatan dan perilaku anda. Informasi itu dapat digunakan oleh data scientist untuk memahami epidemik saat mereka muncul dengan lebih baik, mulai dari influenza, ebola, dan demam berdarah.

Di Britania Raya saja, misalnya National Health Service memonitor akun-akun Twitter yang berisi keywords #barf dan #vomit untuk melihat apakah mereka dapat mengembangkan algoritma untuk mendeteksi wabah norovirus terkait keracunan makanan. 

Hasilnya, ketika membicarakan potensi wabah penyakit, pelayanan kesehatan dapat mengintervensi dan mengimplementasikan strategi-strategi dengan lebih efisien dibandingkan jika mereka menunggu untuk rekam resmi rumah sakit, yang bisa memakan waktu hingga satu bulan lamanya untuk menyediakan data yang dapat ditindaklanjuti.

Ketika pemerintah memiliki gambaran yang cukup dari seorang individu, akan ada potensi algoritma memprediksi kapan saat seseorang itu berada dalam keadaan yang paling rentan terkena penyakit, dan membantunya mengambil tindakan untuk mencegah penyakit tersebut. Jika terus begini, semua orang yang memiliki ponsel pintar akan mampu menghasilkan dan mengumpulkan data kesehatan pribadi mereka sendiri.

Indonesia mampu menjadi basis produksi bagi pengembangan industri perangkat telekomunikasi kelas dunia. Terlebih lagi dengan didukung potensi pasar dalam negeri yang sangat besar serta sejumlah produsen komponen lokal yang cukup kompetitif.

Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, saat ini terdapat 24 perusahaan manufaktur komponen produk ponsel dan tablet di dalam negeri. Sementara itu, berdasarkan laporan e-Marketer, pengguna aktif smartphone di Indonesia akan tumbuh dari 55 juta orang pada tahun 2015 menjadi 100 juta orang tahun 2018.

Dengan jumlah tersebut, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bertekad untuk menggenjot keberlanjutan industri telematika di dalam negeri, salah satunya melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet.

Bayangkan ada berapa bytes data yang dihasilkan ponsel-ponsel di Indonesia setiap harinya dan seberapa besar potensi yang belum tergali karena belum adanya analitik big data mumpuni yang bisa mengolahnya. Banyak yang tidak mengetahui bahwa di Indonesia terdapat Paques. 

Paques adalah salah satu piranti lunak analitik big data asli Indonesia yang memiliki fitur machine learning serta NLP berbahasa Indonesia sehingga cocok digunakan di industry environment yang ada di Indonesia. Dengan Paques, jutaan bytes dan kolom data dapat diolah dengan sangat cepat karena proses pengolahan Paques yang memaksimalkan setiap kekuatan komputasi peladen dan CPU yang dimiliki perusahaan.

Masyarakat kini menghasilkan data mereka sendiri dan banyak yang mengumpulkannya demi kepentingan riset yang akan berguna di masa depan, terlebih jika dihubungkan dengan rekam medik, pola penyakit, dan aktivitas olahraga pasien. Agak sulit memang untuk mengaplikasikannya di Indonesia, namun tidak ada salahnya mengambil langkah demi langkah untuk menyongsong masa depan, dan Paques dapat menjadi salah satu alat yang bisa digunakan untuk itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun