Mohon tunggu...
Ardis Family
Ardis Family Mohon Tunggu... Administrasi - Kumpulan Kisah Perjalanan Keliling Dunia

Percayalah, Semua Kota Ada Bedanya . http://ardisfamily.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kalau Nama Anak Blonthang Blontheng

6 Januari 2012   04:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umumnya orang Indonesia tidak memiliki nama keluarga (Family Name), kecuali beberapa daerah saja yang sudah mencantumkan nama keluarga (Marga / Family Name). Mungkin, dulunya orang Indonesia (baca : Jawa) tidak pernah berpikiran akan pergi keluar negeri sehingga kalau bikin anak cukup diberi nama sederhana tanpa mencantumkan siapa nama orang tuanya. Hanya orang Batak, Manado dan Maluku saja yang memiliki visi jauh kedepan sehingga namanya selalu diikuti nama keluarga seperti Sembiring,  Siregar, Lubis, Manuputty, Manuhutu dan lain lain. Lebih celaka lagi nama nama orang Sumbar (Sumatera Barat), biasanya cuma satu kata saja Fahrizal, Afrizal, Rini dan lain lain.

Nah, kalau anda punya anak yang bernama satu suku kata atau lebih dari satu suku kata tetapi tidak ada nama keluarga sama sekali, siap siap saja untuk mendapat masalah pada saat pemeriksaan imigrasi di airport manapun di luar negeri. Kebanyakan semua staff imigrasi akan membandingkan nama anak anak dengan nama ayahnya. Kalau ayahnya Perdamaian Sihombing maka anaknya sudah pasti Tigor Sihombing dan Renita Sihombing. Aman …, anda bisa langsung lenggang kangkung masuk ke Negara tujuan. Itulah sebabnya kenapa orang yang mau Umroh atau berangkat haji ke Saudi Arabia selalu ada tambahan nama Bin atau Binti diakhir nama yang tertulis di passtportnya.
Passport anak saya berakhiran Pertiwi dan satu lagi Kartikasari sedangkan ayahnya jelas nama Jawa pakai akhiran 'O'. Semua berbeda dan membingungkan petugas imigrasi. Who is Mr Pertiwi ? Who is Mr Kartikasari ?, selalu diulang ulang pertanyaan ini sambil menatap saya dengan tajam dan terkadang cengar cengir. Dia tidak tahu bahwa Pertiwi atau Kartikasari adalah nama anak anak saya, bukan nama keluarga. Kemungkinan si petugas imigrasi mengira saya sindikat jual beli manusia karena membawa anak anak dengan dua nama akhir yang berbeda. Kemungkinan juga kagum dengan diri saya, 'hmm wanita ini punya suami 3, Mr Pertiwi, Mr Kartikasari dan Mr Ardianto yang sedang cengar cengir disebelah saya.  Jujur saja, sebenarnya saya bangga juga  dianggap 'wanita perkasa' punya suami tiga orang sekaligus.  Siapa tahu kan …. abis cengar cengir terus sih petugas imigrasi sambil sesekali melirik saya.
Untungnya saya selalu membawa akta kelahiran anak anak dan surat nikah kemanapun saya bepergian. Tinggal tunjukkan ke petugas imigrasi sebentar semua langsung beres. Beberapa hari sebelumnya kawan saya yang tidak pernah membawa akta kelahiran sempat  tertahan hampir 3 jam di Schiphol Airport. Ada juga kawan yang nyaris dideportasi oleh petugas Imigrasi Frankfurt Airport karena tidak bisa membuktikan anak anak yang dibawanya adalah anak kandung sendiri, bukan anak hasil menculik yang akan diperjual belikan. "Dik ….nama dua anak kita selalu bikin masalah di airport karena nggak ada family namenya, Mulai sekarang jangan membuat kesalahan lagi ya… , nanti sesampai di Hotel kita bikin satu lagi lengkap dengan family name". Langsung saya jawab : "Iya …. Iya….. iya ……" Baca Juga :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun