Ada banyak ironi dalam praktek kebangsaan kita, dikaitkan dengan dunia per-beras-an. Kita mengaku sebagai negara agraris tetapi tidak malu menjadi importir bahan pangan. Kita bangga memiliki negeri yang subur dan makmur tetapi membiarkannya ditumbuhi alang-alang.Â
Terakhir ini, kita mengaku sebagai produsen beras tetapi ribut jika harga beras naik. Lha, maunya masyarakat ini apa?
Jika buruh pabrik atau pegawai negeri yang mengeluh kesulitan dengan naiknya harga beras, masih masuk akal. Tetapi kalau petani sendiri yang keberatan, ini kan namanya dunia jungkir-balik!
Saya yakin petani pun bergembira dengan kenaikan harga beras. Kalau ada yang mengatakan petani keberatan dengan kenaikan harga beras, itu adalah mereka yang sudah mulai rusak ingatan. Memang banyak juga pengamat sosial  ekonomi yang sudah pikun.
Yang pokok, untuk memajukan pertanian itu maka hidup petani haruslah sejahtera. Petani harus bisa memasuki kelas ekonomi menengah keatas dari hasil pertaniannya.
Itu artinya harga komoditi pertanian harus naik. Bila perlu naik berlipat-lipat dari yang sekarang.
Ini baru naik sedikit sudah ribut. Cengeng sekali!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H