Pada akhirnya penulis hendak memastikan bahwa ketetapan Tanah Air Indonesia sebagai Negara Agraris adalah Sabda Alam. Suka atau tak suka, mau atau tak mau. Pada saat sekarang kita dapat bermanja-manja menolak menjadi bangsa petani, bangga menjadi importir jagung, kedelai dan segala bahan pangan lainnya. Akan tetapi pada titik tertentu nanti, masyarakat dunia akan menuntut Bangsa Indonesia memasok pangan bagi dunia. Jika tetap menolak, maka bangsa lain akan datang untuk menggarapnya. Kemudian akan terjadi 'tanam paksa' jilid dua, dimana Bangsa Indonesia terpaksa menjadi babu di tanah airnya, atau terpaksa terjun ke laut dan berevolusi menjadi lumba-lumba....
Untuk Sujiwo Tejo, ia bisa beroleh nafkah dengan mengelus-elus terompetnya. Tetapi untuk kebanyakan Masyarakat Indonesia, tergila-gila bermain musik adalah sumber malapetaka. Jika kita lapar, kita tak bisa mengandalkan terompet, karena terompet tak bisa dimakan!
Terimakasih kepada siapa pun yang membaca tulisan panjang ini!
*****
Add. Tengkubintang, petani, tinggal di Sumatera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H