Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kondom dan Pil KB Dijual di Kantin Sekolah!

21 Juni 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu idiom tentang perilaku seksual yang berlaku dari jaman ke jaman, yaitu dahulu begini sekarang begitu. Ketika penulis masih SD dahulu, tak jarang para guru berceloteh mengenai perilaku remaja yang berbeda dengan ketika mereka masih remaja dahulu. Begitu seterusnya hingga kini. Orangtua jaman sekarang selalu mengklaim bahwa jaman mereka remaja dahulu lebih bermoral daripada remaja masa kini.

Padahal sebenarnya tidak. Kalau merujuk pada peradaban nenekmoyang yang hidup telanjang di gua-gua dahulu kala, mestinya penyimpangan seksual lebih banyak terjadi. Serat Centini, Kamasutra dan ukir-ukiran porno di situs-situs purbakala diciptakan pada jaman dahulu. Mungkin saja secara kuantitatif pelanggaran seksual lebih banyak terjadi sekarang ini, sehubungan dengan bertambahnya populasi manusia. Akan tetapi tidak dengan kualitasnya!

Peradaban manusia tak pernah berjalan mundur, melainkan maju dan semakin membaik. Negara-negara maju semacam Amerika justru melihat peradaban masyarakat di negara berkembang tetap tertinggal dan urakan. Orang Belanda dahulu menuding perilaku seksual Raja-raja Jawa itu seperti hewan. Perempuan hanya dianggap sebagai objek seksual semata-mata. Faktanya sekarang situasinya telah berubah.

Artinya, peradaban Indonesia itu tidak memburuk, melainkan membaik!

Akan tetapi persoalan seksual memang selalu menarik untuk dibicarakan. Tidak laki-laki tidak perempuan, gemar menggunjingkannya. Padahal makin sering dibicarakan makin buruk akibatnya. Bagi orang yang jauh dari hiruk-pikuk seksual, ia melihat segalanya berlangsung biasa saja. Remaja yang baik tak kurang banyaknya. Tapi bagi orang yang terus-menerus meenggeluti survey-survey seks, ia bisa terjerumus dalam penilaian keliru. Dikiranya remaja itu semuanya telah menjadi hamba seks, terjerumus di lembah hitam, tak bisa diperbaiki lagi.

Akhirnya muncul kebijakan Menkes yang baru, mempopulerkan kondom di sekolah-sekolah. Mungkin akan ada pelatihan memasang kondom, berbagai macam produk kondom, sambil tertawa cekikikan. Kemudian kondom dijual di kantin atau di kios pekarangan sekolah. Di kios semacam itu yang dijual bukan hanya kondom, melainkan juga obat kuat, alat memperbesar penis, pil KB, stud, anti-biotik, IUD, spiral, penis karet, vagina sintetis, dan lain-lain. Persis seperti di pelacuran!

Kacau balau!

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun