Selanjutnya ular itu kami bungkus dengan terpal mobil, digulung, kedua ujungnya diikat dengan kuat sehingga menyerupai bentuk permen. Dinaikkan ke atas atap mobil, lalu kami melanjutkan perjalanan. Selama mengerjakan itu, saya sama sekali tak berani bersentuhan dengan ularnya.
Kepada sopir saya katakan begini: “Nanti kalau ada orang bertanya siapa yang menangkap ular ini, kalian jawab Pak Tengku-lah orangnya!”
“He…eh?”
“Lha, iya! Kalian katakan, Pak Tengku menangkapnya seorang diri, menariknya dari rawa-rawa, dan kalian hanya menonton ketakutan. Itu supaya orang-orang menganggap saya sakti…!
“Oke, bos!”
“Nah, begitu. Nanti ular ini kalian jual, kan lumayan. Tapi jangan lupa jaketku diambil dulu, jangan ikut dijual!”