“Saya tidak berani, bos. Ampun, kekekekk…!”
“Lho, laki-laki macam apa kamu ini? Belum jadi bos sudah takut sama ular sanca. Sana, turun kalian berdua, aku mau lihat kemampuan kalian. Hati-hati kepalanya….!”
Akhirnya mereka turun, tolah-toleh sejenak. Saya mengawasinya dengan berdebar-debar, memagang tongkat besi sebagai persiapan. Ketika ular itu bergerak lagi hendak menghilang ke dalam semak, si sopir memegang ekornya dan menariknya. Nah…
Ular besar itu langsung berbalik, menyerang. Untunglah si sopir segera melepaskan pegangannya dan melompat mundur sehingga luput dari patukan. Demikian besarnya ular itu sehingga menimbulkan suara gedebuk ketika separuh badannya menimpa permukan jalan. Dengan mulut yang terus-menerus menganga, ular itu tampaknya marah sekali.
Saya pun turun, menyudahi permainan itu dengan ilmu pamungkas, yaitu melepas jaket dan melemparkannya. Ular itu pun langsung mematuknya dan menggulungnya…., menggulungnya dengan ketat nyaris seperti bola.