Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Joy Flight, Bahaya Gadis Cantik, dan Pilot yang Ramah

11 Mei 2012   13:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:26 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13367821171560106982

[caption id="attachment_180787" align="aligncenter" width="300" caption="Gadis-gadis Shukoi (sumber:http://fiazku.wordpress.com/2012/05/11/sisi-lain-tragedi-sukhoi-superjet-100/)"][/caption] Catatan: Tanpa mengurangi rasa hormat kepada awak pesawat Shukoi, para penumpang dan keluarga yang ditinggalkannya, penulis turunkan artikel ini. Berdasarkan pengalaman mengikuti beberapa kali joy flight di masa lalu, penulis dapat membayangkan suasana santai di dalam pesawat itu ketika berada di udara, ialah suasana santai yang membuat seluruh isi pesawat melonggaran tata-tertib penerbangan yang mengundang hilangnya kewaspadaan.

Joy flight adalah terbang bersenang-senang. Penumpang tidak membayar, melainkan diundang ikut serta menikmati pesawat baru, sambil melihat-lihat pemandangan. Suasana kekeluargaan pun segera terbangun antar se-isi pesawat. Terutama dari pihak pilot, mereka menunjukkan sifat ramah seramah-ramahnya melayani penumpang. Tidak jarang Captain Pilot meninggalkan kursinya dan menemui penumpang ke belakang, membiarkan kemudi dipegang Co-Pilotnya. Atau bisa juga Pilot mengijinkan seseorang masuk ke Cock-pit untuk berbincang.

Dalam suatu kesempatan joy flight di masa lalu, penulis melihat sendiri Capten Pilot meminta seorang gadis mencoba tangkai kemudi, membiarkannya duduk di kursi pilot dan mengajarinya menggerakkan kemudi. Harap dimengerti, laki-laki adalah laki-laki, perempuan adalah perempuan. Tak ada bedanya yang muda dan sudah lumutan, laki-laki selalu ingin memanjakan perempuan, terutama gadis-gadis cantik yang pandai merajuk. Peristiwa itu membuat penulis dan pilot itu nyaris berkelahi karena saling memaki setelah mendarat.

Dalam kasus Shukoi, sama sekali tak dapat dimengerti mengapa sebegitu banyak pramugari asal Indonesia ikut. Apa relevansinya? Siapa yang meminta mereka ikut dan siapa yang mengijinkannya? Jika misi Shukoi dinyatakan sebagai misi promosi, mestinya yang ikut dalam penerbangan itu adalah calon pembeli potensial. Yaitu direktur-direktur perusahaan penerbangan, atau agen-agennya. Mestinya pula pesawat itu membawa pramugari sendiri dari Rusia, dalam satu set air-crew. Pramugari asal Indonesia sama sekali tak dibutuhkan. Apa pula gunanya?

Kenyataan bahwa joy-flight itu diikuti oleh orang-orang yang tak jelas kepentingannya, membuat saya teringat pengalaman beberapa tahun yang lalu. Suatu kelengahan yang sangat manusiawi, tapi sangat membekas di hati!

Bagaiamana pun, musibah adalah musibah. Duka cita yang mendalam atas peristiwa ini. Semoga semua korban mendapat tempat yang lapang di sisi Tuhan. Amin!

****

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun