Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Money

Kiat Esemka, Chris John, Duku dan Skor 10-0

4 Maret 2012   23:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia itu latahnya bukan main. Ibarat pantat nona tersengat kalajengking, orang sekampung ikut menjerit-jerit. Kasus sandal jepit, buah kakao, koin-koin, adalah bukti nyata sifat latah itu. Sekarang ini sedang nge-tren Kiat Esemka pula. Dikabarkan pesanan telah mencapai 6.000 unit. Tapi apakah pemesanan ini realistis? Hm, saya tak tahu apakah Jokowi memungut uang muka atas setiap pesanan. Kalau tidak diwajibkan setoran tanda jadi, maka kami juga para petani memesan 100 unit, untuk foya-foya….

Mengapa kami berani memesan 100 unit? Karena saya tahu barangnya tak ada. Kalau misalnya ada, saya akan bertanya bagaimana pelayanan purna jual? Dukungan suku cadang? Bengkel-bengkel? Asuransi? Kalau itu tak ada, oh, maaf saja. Persetanlah dengan Esemka-mu! Saya tak hendak menceburkan diri ke laut jadi buronan bank, hanya karena latah! Maaf saja!

Anda tahu Chris John? Mike Tyson? Meskipun Chris John ditempeli sejuta Cap Garuda, ia takkan mampu mengalahkan Mike Tyson. Kalau dipaksakan juga, itu namanya menantang maut, tubuhnya bisa terlipat dua jika terkena upper-cut. Sama halnya dengan Kiat Esemka, ia hendak maju ke pentas persaingan utility van, kelas berat dunia, dan kita mendorongnya atas nama mobnas. Wah, wah, wah, sedangkan Mitshubishi Kuda telah terpelanting dari persaingan itu. Belum lagi industri mobil kelas yang sama di Detroit, USA, banyak yang gulung tikar. Apakah Kiat Esemka punya kemampuan setaraf Lambhorgini, Rolls Royce, Mercedes Benz? Jika tidak, jangan berikan ia beban terlalu berat. Itu sama saja memaksa Chris John berduel melawan Mike Tyson!

Kalau hanya latah-latahan, tak ada gunanya. Ini persaingan yang realistis, bukan menggantang asap. Soal kemampuan bangsa ini membual, kita bisa lihat dari balada buah duku.Itu adalah buah khas Indonesia, spesial Indonesia, nama Inggerisnya saja ‘duku’. Tetapi buah ini tidak mampu bersaing di dalam negeri, dikalahkan oleh buah impor. Duku dilarang masuk Australia, sedangkan anggur Australia memacetkan pinggir jalan sampai ke pedesaan. Padahal duku tidak meminta pengorbanan demi nasionalisme yang begitu besar. Ini hanya butuh uang receh, buka mulut, dan ….hap! Itu pun tak bisa dilakukan. Dengan demikian, apakah kita memiliki kesadaran nasionalisme yang patut diandalkan?

Dewa perang Sun Tzu menasehatkan, jangan memasuki sebuah ruangan jika tidak tahu dimana pintu keluar. Mudah mendesak maju, tapi mundur karena kalah akan memakan banyak korban. Memasuki persaingan dengan modal nekat adalah keberanian yang sia-sia, mencari-cari kiamat sendiri, kehancurannya tak patut dikasihani.

Inilah pantunnya:

Kalau kutahu hatimu kosong.

Takkan ku datang menghampirimu.

Kalau ku tahu skor akhirnya10 - 0.

Takkan kulayani bertanding denganmu!

Saya tak mau melayani, karena saya tahu pasti kalah!

Salah satu bukti kelemahan Djohar Arifin memimpin PSSI adalah kegagalannya menyelesaikan kemelut internal secara cepat. Untuk tujuan itulah sebenarnya ia diberi mandat Ketua Umum. Kegagalan itu akhirnya berimbas kepada kegagalan manajemen Timnas membentuk squad terbaik, sehingga menelan kekalahan telak 10 - 0 di Bahrain kemarin ini. Bayangkan, 10 - 0, betapa besar kemalangan ini! Sama saja ditelanjangi tinggalkolor oleh ‘anak-anak kemarin sore’. Pelatih timnas seharusnya tahu kemungkinan ini sebelum bertanding sehingga menyiapkan langkah jaga-jaga. Misalnya dengan mengatakan bahwa yang bertanding bukan PSSI (Indonesia) tetapi PSSI (Indramayu). Ini penting demi harga diri bangsa.Atau jika tidak, sekalian mogok main, seribu satu alasan bisa dicari. Mencret kek, apa kek, daripada menanggung malu. Namanya juga PSSI, dari dulu kan ahlinya rekayasa…

Maka, mobil Kiat Esemka adalah mobil Kiat Esemka, dirakit di Solo. Ia bukan mobnas, melainkan nismob ( bisnis mobil).Sebagai bisnis ia berencana memasuki arena persaingan bisnis yang tak pernah pasti. Jangan mempertaruhkan harga diri bangsa untuk sesuatu yang bersifat spekulasi. Silakan maju, dengan bendera sendiri, tidak membawa nama besar Indonesia Raya.

Jangan latah melulu!

****

Add. Tengku Bintang, Membadai Seorang Diri!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun