Kelapa Sawit
ha
Rp. 39 juta
26 kali panen/tahun
Dari tabel di atas terlihat bahwa kehidupan petani akan terangkat jika menanam kelapa sawit. Itulah sebabnya, di beberapa tempat di Pulau Sumatera telah banyak petani yang beralih menanam kelapa sawit dengan mengeringkan sawahnya. Tidak sulit menemukan sawah tadah hujan maupun sawah yang kurang produktif telah diubah menjadi kebun kelapa sawit. Tidak tertutup kemungkinan demam sawit melanda Pulau Jawa pula. Adalah hal yang wajar jika setiap orang menginginkan penghasilan yang terbaik. Lebih-lebih struktur tanah di Pulau Jawa (tanah liat merah) sangat ideal untuk tanaman kelapa sawit. Sangat mungkin, dengan 10 hektarkebun kelapa sawit di Pulau Jawa dapat mengantar seseorang berpenghasilan setingkat bupati yang saleh.
Tapi itu akan menjadi masalah besar yang mengancam perut bangsa ini. Pulau Jawa adalah sentra produksi beras nasional, dimana 90 % luasan sawah di Indonesia terdapat di Pulau Jawa. Jika bibit kelapa sawit mulai mengalir dari Pulau Sumatera, menyeberangi Selat Sunda menuju Pulau Jawa, itu indikasi bahwa kiamat telah dekat. Satu-satunya cara untuk menghindarinya adalah melarang pembangunan pabrik CPO di Pulau Jawa, tapi itu pun akan sia-sia saja jika berhadapan dengan petani yang menuntut peningkatan kesejahteraan.
Tulisan ini saya buat untuk menggugah kesadaran kita bersama dalam memahami urgensi pertanian horti-kultura nasional. Mengumbar simpati dan kasihan dengan berpura-pura mencintai produk pertanian nasional adalah tindakan absurd. Sebaiknya pemerintah dan masyarakat mulai menyadari fakta bahwa Petani Indonesia memiliki kartu truf yang membuatnya berada di atas angin. Sewaktu-waktu akan muncul revolusi tanaman yang membuat kita terperangah!
Kelapa sawit dengan segala produk turunannya masih di tunggu di pasar internasional. Pertambahan penduduk bumi berikut perkembangan peradaban yang menyertainya mengisyaratkan bahwa setiap manusia memerlukan satu batang kelapa sawit menyokong kebutuhan hidupnya. Dan kelapa sawit hanya tumbuh dengan baik di tanah khatulistiwa, dan terutama sekali: Di Tanah Air Indonesia!
Selamat Siang, Kompasiana!
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!