Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Agum Lagi, Sanksi Lagi - Sanksi Lagi……..

11 Juni 2011   08:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tidak jelas persoalan apa yang bergejolak di balik wajah keras laki-laki blasteran Makassar – Priangan ini. Setiap kali muncul di televisi ia bicara sanksi. Wajahnya murung, diliputi kekhawatiran yang dibuat-buat. Sanksi lagi, sanksi lagi. Seolah-olah sanksi FIFA itu segerombolan makhluk jahat  berbetuk ulat bulu yang terus menguntitnya. Tapi orang-orang tak ada lagi yang khawatir. Selain wabah ulat bulu telah lama lewat, saksi FIFA itu ternyata tak  pernah ada dan tak ada apa-apanya. Mau dijatuhkan atau tidak, terserah saja!

Persoalan Bangsa Indonesia ini sekarang sesak oleh perkara hukum. Pemimpin-pemimpin yang lebay , politisi yang cuma mahir bersilat lidah dan aparat hukum yang terang-terangan mengkhianati tugasnya. Sebagai akibatnya, para perampok uang negara  berfoya-foya ke luar negeri menghabiskan jarahannya, tanpa terkena sanksi. Pada saat itulah Pak Agum  menakut-nakuti orang dengan dagangannya yang terkenal pula: Sanksi FIFA!

230 juta jiwa Rakyat Indonesia tak bersalah apa-apa, hendak dijatuhi sanksi. Sedangkan Nunun Nurbaeti dan Nazaruddin yang jelas-jelas melanggar hukum tak dijatuhi sanksi. Bagaimana jalan ceritanya?

Ia berkata, tanggal 30 Juni 2011 merupakan batas akhir bagi PSSI untuk menyelesaikan kongresnya, sesuai mandat FIFA. Jika tidak terselesaikan maka sanksi FIFA akan dijatuhkan. Eh, ternyata pada tanggal itu Warga Solo punya hajat sendiri sehingga tak bisa menggelar kongres, maka Pak Agum menggeser pula batas akhir sanksi FIFA itu menjadi tanggal 10. Rupanya sanksi FIFA itu molor-mengkeret juga seperti  karet ban bekas. Mungkin benar dugaan sementara bahwa sanksi itu sebenarnya tak pernah ada.

"Ah, sudahlah, Pak Agum. Rp. 2 milyar lagi untuk Anda. Silakan dikelola, tapi hati-hati dengan KPK! Sebagai mantan jenderal, masakan persoalan sekecil itu tidak Tuan pahami?"

Sesungguhnya lebih baik bagi bangsa ini, jika Pak Agum memperjuangkan Piala Dunia  untuk Sepak Takraw . Sebab sepak takraw merupakan olahraga khas Indonesia. Tak perlu susah-susah berlatih ke manca negara, cukup merekrut pemain dari pinggiran Kota Makassar sana, pastilah Indonesia menjadi juara dunia!

Meskipun tak banyak negara mengikutinya, yang penting 'kan juara dunia? Apa salahnya?

Salam sepak takraw!

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun