Hal senada pun disampaikan melalui pemikirannya Popper mengatakan tugas filsafat ilmu adalah mendalami dan berusaha berpikir untuk mengkritisi sesuatu. Simpulan logika dari aneka ragam pendapat pakar filsafat di atas menjadi dasar kolektif bahwa begitu eratnya hubungan pengetahuan filsafat ilmu dengan logika pemikiran kritis. Seolah asumsi filsafat tak dapat terhindarkan oleh asumsi pemikiran kritis. Pembentukan proses pemikiran kritis tak dipungkiri dirangsang oleh penajaman filsafat.
Itulah kenyataan yang tak dapat dihindarkan. Tanggung jawab yang sejatinya dapat dijadikan pembelajaran bagi setiap manusia. Pengetahuan (episteme, dalam bahasa Yunani) adalah salah satu kemampuan khas manusia yang membentuk peradaban global dan membawa akibat-akibat besar terhadap kodrat kemanusiaan. Dalam konsep sejarah pembangunan bangsa pun dipengaruhi oleh kekuatan akal dan pengetahuan. Dapat dilihat dari sejarah Kartini sebagai ibu nasionalisme modern Indonesia selalu mengingatkan bahwa bangsa akan memiliki karakter jika penduduknya meninggalkan kegelapan pengetahuan dan menemukan terangnya pemikiran dari akal budi manusia menuju kemajuan.
Indonesia pun memiliki beberapa tokoh filsuf pemikir kritis yang dari pemikirannya berkontribusi terhadap kemerdekaan bangsa ini. Sebut saja salah satu tokoh pahlawan Indonesia yang dikenal dengan panggilan Tan Malaka. Merupakan tokoh legendaris bapak Republik Indonesia. Perlu diketahui bahwa jauh sebelum Indonesia merdeka pemikiran kritis Tan Malaka mampu menjangkau lahirnya embrio kemerdekaan tanah air. Pada tahun 1925 dia pernah menulis gagasannya yang terkenal dalam bentuk brosur dengan judul, Naar De Republik Indonesia (Menuju Republik Indonesia - Canton, 1925). Tak dipungkiri gagasan kritis Tan Malaka ternyata terbukti dengan tercapainya kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tahun 1945.
Sebagai pahlawan Tan Malaka tidak pernah berhenti berkarya. Ia terus menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan untuk melawan penjajah dan cita-cita luhur rakyat Indonesia yakni bebas dan merdeka 100%. Materialisme, Dialektika, Logika (Madilog) merupakan salah satu karya terbaiknya. Esensi pemikiran Tan Malaka tentang bangsa dan tanah airnya terkandung jelas di dalam Madilog.Dengan Berani Tan Malaka menganalisa nasib bangsanya yang terjajah, dan berusaha memikirkan solusi jalan keluar dari jeratan penindasan. Itulah madilog, sebuah konsep tentang cara atau pola berpikir baru yang dianggapnya perlu dimiliki oleh bangsanya untuk memerdekakan sekaligus memperbarui atau membangun diri. Madilog Tan Malaka juga menjadi salah satu karya besar anak bangsa yang ingin menandaskan bahwa filsafat dapat menjadi dasar bagi sebuah pembaharuan sosial.
Tokoh rasionalis Indonesia Sutan Syahrir pun menegaskan bahwa keterbelakangan bangsa hanya bisa diperbaharui dengan mempergunakan akal budi dalam mengatur kehidupannya. Sementara bagi Hatta karakter bangsa hanya bisa dibentuk jika masyarakatnya mampu mempergunakan daya pikir dan mampu merefleksikan budaya sendiri dalam pengembangan kehidupan bersama. Begitu juga dengan gagasan dasar berdikarinya Soekarno. Dapat diartikan bahwa bangsa ini berjuang tidak hanya dalam tataran perjuangan fisik semata melainkan lebih juga mengedepankan terhadap dominasi pembangunan karakter pengetahuan yang dijadikan sebagai salah satu alat perlawanan. Inilah yang coba diabadikan bagi rakyat kekinian dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang telah dirintis oleh pendahulu bangsa.
Berdasarkan fakta di atas dapat dikatakan bahwa perkembangan cara berpikir kritis telah dilakukan oleh para pahlawan, filosof dan futurolog ternama. Selain pengembangan fitrah bertuhan, pembentukan fitrah moral dan budipekerti, inkuiri dan berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains merupakan dua hal yang bersifat sangat berkaitan satu sama lain. Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Berpikir kritis adalah model berpikir mengenal subtansi masalah untuk meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil dalam menerapkan standar-standar intelektual. Dalam pandangan lain dapat juga dikatakan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau atau dilakukan.
Konklusi
Uraian di atas menyuguhakan arti pentingnya filsafat dalam mendayagunakan pola pikir kritis. Tanpa disadari bahwa jika manusia telah menggunakan pola pikir yang kritis berarti manusia tersebut mampu memanifestasikan akal budinya ke dalam sesuatu hal yang sifatnya mendasar dan subtansi. Berpikir kritis merupakan skill kognitif yang memungkinkan seseorang menginvestigasi sebuah situasi, masalah, pertanyaan, atau fenomena agar dapat membuat sebuah penilaian atau keputusan. Berpikir kritis memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Relevansi filsafat dengan logika berpikir kritis tak dapat diartikan sebagai upaya dapat dihindarkan. Ibarat dua sisi mata uang yang menjadi kesatuan integral yang tak dapat dipisahkan. Berdasarkan literatur konsep berpikir kritis dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kerangka dasar. Diantaranya yang pertama ialah untuk dapat memecahkan masalah dengan sub indikator mencari alternatif tindakan terbaik yang harus diambil, dan mencari pertimbangan yang paling masuk akal. Kedua, usaha berargumen dengan sub indikator mengeluarkan pendapat pribadi, mendengarkan pendapat orang lain, mengeluarkan pendapat di depan forum, berdebat dengan orang lain. Ketiga, usaha bertanya dengan sub indikator berupaya mengeluarkan pertanyaan, berupaya mempertanyakan sesuatau yang dianggap tidak benar. Keempat, mencari informasi baru dengan sub indikatornya haus akan informasi baru, mencari berita-berita aktual. Kelima, selalu mengkritisi kata-kata yang tidak jelas, selalu mengkritisi penggunaan kata yang menutupi makna, Selalu menghindari kata-kata sifat yang sifatnya emosional. Keenam, usaha menarik kesimpulan dengan sub indikator tidak terlalu mudah dalam menyimpulkan sesuatu, berusaha menganalisis terlebih dahulu. Ketujuh, usaha menilai bukti dengan sub indikator mencari bukti yang akurat, berusaha mencari bukti yang tidak bertentangan dengan pokok masalah. Hidup itu pilihan. Dalam dimensi apapun manusialah yang menentukan dan menetapkan laku sikap hdiupnya. Tumbuh kembangnya logika kritis manusia pun merupakan sebuah pilihan.  Berangkat dari kerangka asumsi berpikir kritis di atas manusialah yang menentukan pilihannya. Bagaimana dengan anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H