Di tengah pergulatan kebenaran yang gemuruh, Â
Para pengklaim berdiri di arena dogma, Â
Menuding ke arah lawan dengan penuh percaya diri, Â
Menyebut yang berbeda sebagai kafir, sesat, anak-anak pendosa dan hina.
ihdinashirotol Mustaqim "Satu mazhab, satu jalan, satu kebenaran,"Â Â
Seru mereka, seolah olah mereka adalah penuntun tunggal, Â
Menyisihkan seluruh spektrum imanÂ
Seolah Tuhan hanya berbicara melalui satu suara.
yang kanan berkata, "Kami yang benar, yang lain sesat,"Â Â
yang kiri membalas dengan argumen yang sama tegas, Â
Satu sisi menuduh yang lain tidak sahÂ
Keduanya terjebak dalam perang yang tidak berkesudahanÂ
timbul tanya apakah Tuhan hanya berbicara dalam satu dialek?Â
Atau suara-Nya meresap dalam setiap bahasa?
sungguh kicauan mereka bagaikan palu godam, Â
Memecahkan perbedaan menjadi daging dan tulang, Â
Mengapa batas-batas ini begitu kaku dan mencekam?
Apakah memang seperti itu label kebenaran?
alkisah pada dahulu kala sekelompok penuntun bersabda"mereka berbeda Musnahkanlah !!"
dengan satu nada membakar tempat hamba-hamba beribadah
apa begitu buruknya tuhan? hingga menghalalkan darah para pemuja nya?
sungguh pintar nian mereka berlakonÂ
agama hanya sebagai ladang penghasilanÂ
pabila ladang penghasilan mengalami penurunanÂ
lantas menjadikan yang lain sebagai korban dan dikambinghitamkanÂ
Di tengah klaim klaim mutlak, mereka melupakan, Â
Bahwa setiap keyakinan adalah hasil interpretasi, Â
Bukankah setiap tafsir juga bisa cacat dan terbatas? Â
Mengapa harus terjerumus dalam fanatisme dan dogma yang membelenggu?
Diatas panggung sandiwara dengan penampilan drama dengan klaim perpecahanÂ
Apakah dalang terjebak dalam cakar eksklusivitas? Â
Atau kebenaran-Nya tersebar dalam keberagaman?
Melebihi batas-batas klaim yang kita buat dan pertahankan?
Wahai pemegang kunci kebenaran sudahi kedunguan ini dan lihatlah sekeliling, Â
Di luar batasan klaim dan hujatan, sungguh ada cahaya yang terang disanaÂ
Mari temukan keberanian untuk merangkul perbedaan, Â
Karena mungkin, di situlah Tuhan berbicara dengan suara-Nya yang paling murni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H