Mencintainya, bagai mencintai bayang dalam kesunyian yang tak bermuara, Â
Aku terdiam di tepi takdir, di mana jejakku hilang dalam angin yang tiada suara. Â
Melihatnya dari jauh, seperti memandangi bintang yang tak pernah tersapa, Â
Hanya cahaya yang kurasa, sementara aku padam di antara malam yang tanpa kata.
Mengingatnya, meski dalam benaknya aku tak pernah menjadi kisah, Â
Seperti sebatang kayu yang jatuh, lenyap dalam aliran sungai yang pasrah. Â
Aku tenggelam dalam doa-doa tanpa wajah, Â
Meminta pada langit yang bisu, agar takdir-Nya melukiskan cinta yang indah.
Wahai Yang Maha Mengatur segala arah kehidupan, Â
Kulepaskan namanya dalam setiap desah yang membuncah dalam keheningan, Â
Menitipkan rindu pada setiap malam yang kusulam dengan harapan, Â
Agar cintaku tertulis di lembar takdir-Mu tanpa keraguan.
Jadikanlah doa ini jembatan yang menghubungkan jiwa yang terserak, Â
Agar cintanya mengakar, hanya pada hatiku yang tak pernah goyah dan retak. Â
Tatapannya, semoga tak pernah beralih dari bayangku yang setia merunduk tak beranjak, Â
Dan ingatannya, biarlah hanya namaku yang hidup, tanpa jeda atau kelak.
Di bawah bintang-bintang yang berkilauan dalam samudra yang tak terukur, Â
Kuserahkan cintaku pada-Mu, agar ia terukir dalam takdir yang luhur. Â
Semoga pada akhirnya, kami bertemu di pertemuan yang tak bertepi, takkan luntur, Â
Mengarungi lautan cinta yang abadi, di mana waktu tak lagi berputar dan dunia berhenti berkeluh.
Jakarta 26 September 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI