Mohon tunggu...
Tengku_ Rhman
Tengku_ Rhman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya Adalah seorang anak nelayan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Diujung Takdir

26 September 2024   21:56 Diperbarui: 26 September 2024   21:57 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mencintainya, bagai mencintai bayang dalam kesunyian yang tak bermuara,  

Aku terdiam di tepi takdir, di mana jejakku hilang dalam angin yang tiada suara.  

Melihatnya dari jauh, seperti memandangi bintang yang tak pernah tersapa,  

Hanya cahaya yang kurasa, sementara aku padam di antara malam yang tanpa kata.

Mengingatnya, meski dalam benaknya aku tak pernah menjadi kisah,  

Seperti sebatang kayu yang jatuh, lenyap dalam aliran sungai yang pasrah.  

Aku tenggelam dalam doa-doa tanpa wajah,  

Meminta pada langit yang bisu, agar takdir-Nya melukiskan cinta yang indah.

Wahai Yang Maha Mengatur segala arah kehidupan,  

Kulepaskan namanya dalam setiap desah yang membuncah dalam keheningan,  

Menitipkan rindu pada setiap malam yang kusulam dengan harapan,  

Agar cintaku tertulis di lembar takdir-Mu tanpa keraguan.

Jadikanlah doa ini jembatan yang menghubungkan jiwa yang terserak,  

Agar cintanya mengakar, hanya pada hatiku yang tak pernah goyah dan retak.  

Tatapannya, semoga tak pernah beralih dari bayangku yang setia merunduk tak beranjak,  

Dan ingatannya, biarlah hanya namaku yang hidup, tanpa jeda atau kelak.

Di bawah bintang-bintang yang berkilauan dalam samudra yang tak terukur,  

Kuserahkan cintaku pada-Mu, agar ia terukir dalam takdir yang luhur.  

Semoga pada akhirnya, kami bertemu di pertemuan yang tak bertepi, takkan luntur,  

Mengarungi lautan cinta yang abadi, di mana waktu tak lagi berputar dan dunia berhenti berkeluh.

Jakarta 26 September 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun