Jakarta, 20 November 2024 -- Dalam era globalisasi yang serba digital, pelaku usaha di Indonesia menghadapi tantangan baru untuk tetap relevan di tengah perubahan pasar modern. Wahyu Purnomo, seorang praktisi penjualan sekaligus founder Sellingpro, mengungkapkan bahwa transformasi teknologi adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi kompetisi ini.
Dalam diskusi bertajuk "Strategi Inovatif Menghadapi Pasar Modern", Wahyu memaparkan beberapa poin utama, termasuk pentingnya adopsi teknologi digital, diversifikasi produk, dan kolaborasi lintas sektor. "Kita tidak hanya berbicara tentang inovasi teknologi, tetapi juga tentang perubahan pola pikir. Perusahaan yang tidak beradaptasi dengan ekosistem digital akan tertinggal," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor perdagangan berbasis digital di Indonesia tumbuh sebesar 23,8% pada tahun 2023, dengan nilai transaksi mencapai Rp 1.080 triliun. Namun, hanya 35% UMKM yang telah memanfaatkan teknologi digital dalam operasional mereka. Fakta ini menunjukkan adanya celah besar yang harus diisi oleh pelaku usaha lokal.
Sementara itu, laporan McKinsey & Company menunjukkan bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi hingga 25% dan memperluas pasar mereka hingga 40% dibandingkan perusahaan konvensional.
Andi Kurniawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dalam mendampingi pelaku usaha menghadapi tantangan ini. "Pemerintah telah memberikan insentif, seperti program digitalisasi UMKM, tetapi pelaku usaha juga harus proaktif memanfaatkan peluang ini," kata Andi.
Di sisi lain, Nabila Rahma, seorang pemilik bisnis mode yang telah beralih ke platform digital, mengungkapkan pengalamannya. "Kami melihat peningkatan penjualan hingga 50% setelah memperluas penjualan melalui e-commerce. Namun, tantangan utamanya adalah memahami algoritma dan perilaku konsumen di platform digital," jelasnya.
Peningkatan digitalisasi pasar diperkirakan akan memberikan dampak signifikan pada perekonomian nasional. Bank Indonesia memproyeksikan kontribusi ekonomi digital terhadap PDB akan mencapai Rp 4.531 triliun pada tahun 2030, naik dari Rp 2.394 triliun pada tahun 2022. Hal ini akan membuka lapangan kerja baru di sektor teknologi, logistik, dan pemasaran digital.
Namun, Wahyu Purnomo mengingatkan bahwa transformasi ini harus inklusif. "Kita harus memastikan bahwa UMKM di daerah tertinggal juga mendapatkan akses ke teknologi. Ketimpangan digital bisa menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang," tegasnya.
Dengan tantangan dan peluang yang ada, Wahyu Purnomo menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menghadapi pasar modern. "Kolaborasi adalah kunci. Jika kita bisa bergerak bersama, saya optimis Indonesia akan menjadi pemain utama di pasar global," tutup Wahyu.
Transformasi pasar modern bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi juga peluang besar bagi perekonomian Indonesia. Pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan cepat akan menjadi pemenang di era ini.