Mohon tunggu...
Tendi Murti
Tendi Murti Mohon Tunggu... -

Menulis untuk meninggalkan jejak

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Barangkali Esok Aku Sudah Tiada

11 Juli 2013   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:41 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat indah perumpamaan lirik di atas tentang Ramadhan, seperti taman bunga yang harum semerbak. Harumnya mampu menghilangkan kerak-kerak dosa yang sudah menahun. Jika ketika datangnya bulan Ramadhan sekarang di hati setiap anak manusia ada sebuah kegembiraan, maka bersyukurlah karena berarti ia (hati) masih bisa merasakan nikmatnya kehadiran bulan ini. Jagalah ia dengan sujud-sujud panjang, dengan tilawah-tilawah indah pada setiap ujung malam, dengan salat-salat sunah yang menjadi seperti pahala ibadah wajib.

Namun, jika datangnya bulan ini tidak ada ada sedikitpun rasa senang, maka beristigfarlah jangan-jangan hati kita sudah mati, jangan-jangan hidup kita sejatinya sudah berada dalam lembah kehancuran. Jika sudah seperti ini, maka bangunlah, lalu berbenah. Hadapkan wajah kita pada yang menciptakan kehidupan, yang menghembuskan ruh dalam diri kita.

“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yg menciptakan langit dan bumi, dengan penuh kepasrahan kepada agama yg benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yg musrik.” (QS. Al-An’am:79)

Agar kehidupan kita menjadi membaik, tidak gersang. Bukankah rasa gersang dalam dada seperti terhimpit batu besar? Jika “iya” tentu saja kita tidak mau merasakan hal semacam itu. Dunia yang begitu luas terasa sempit. Bukan dunianya yang sempit, tetapi hati kita yang telah mati. Bagi orang-orang yang hatinya sudah mati, maka Bulan Ramadhan adalah momentum perubahan. Jangan sampai bulan ini meninggalkan kita begitu saja tanpa ada goresan-goresan indah pada setiap jejak waktu yang ia tinggalkan.

Mau atau tidak, Ramadhan hanya melintas di depan wajah kita yang lusuh. Ia menawarkan penyejuk, tapi tidak memaksa. kitalah yang mesti menangkapnya. Beruntunglah bagi siapa saja yang bisa menangkap waktu yang melintas itu. Subhanallah…semoga diri ini bisa memanfaatkan waktu yang melintas begitu cepat ini, selamat datang Rembulanku..ahlan wa sahlan yaa Ramadhan.

“Kupegang Ramadhan kali ini
Barangkali esok aku sudah tiada
Keras kugenggam dengan geraham
Semoga bahagia saat menemui Allah.”

www.inspirasitendi.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun