Masih hangat kursi Ketua DPR yang diduduki Puan Maharani. Baru saja dilantik, menjadikan perempuan pertama menjabat ketua DPR menjadikan sosok Puan juga hangat untuk dikritisi.Â
Tentang kontroversi dibalik majunya dia sebagai ketua DPR, kemampuan dia dalam memimpin, jejak rekamnya di dunia politik bahkan kehidupan pribadi yang jauh dari kata politik turut disorot.
Terlepas dari pembahasan itu, saya punya satu pertanyaan, apakah kita butuh wakil perempuan di ranah politik atau lebih khususnya di perwakilan rakyat ? Sehingga kita juga harus mendukungnya menjadi ketua DPR perempuan pertama sepanjang sejarah Indonesia.
Sejarah perempuan di permainan politik
Jauh sebelum pemberontakan Sufregatte yang menuntut adanya wakil perempuan di legislatif, kaum hawa telah berperan besar dalam diplomasi di era peradaban kuno. Pada masa itu, perempuan dijadikan aktor spionase dengan menggoda pemimpin atau pejabat negara lain.
Seks dianggap sebagai alat spionase yang paling mujarab. Sebutan terkenalnya adalah Honey Trap. Tidak mengenal penguasa tua, yang muda, homoseksual dan biseksual mampu terjebak dalam jebakan batman tersebut. Bahkan di Indonesia sendiri, Soe Hok Gie menulis di buku catatannya sekspionase telah menghancurkan karakter orde lama.
Beralih dalam catatan sejarah selanjutnya, perempuan telah banyak berperan dalam dunia perpolitikan. Meski bukan menjabat dengan kedudukan yang tinggi. Dalam Perang Dunia II, lebih dari 6 juta perempuan bekerja menggantikan laki -- laki untuk beberapa sektor yang biasanya didominasi oleh laki -- laki.
Saat ini saja, banyak sekali pemimpin dari gender perempuan di dunia. Entah itu perdana menteri, kanselir, presiden atau diplomat. Di Indonesia sendiri, kita telah mengenal banyak tokoh dari ibu rumah tangga atau gadis yang berkecimpung dalam dunia politik dan kemampuan mereka setara dengan laki -- laki. Bahkan ada yang lebih baik.
Wakil Perempuan di Ketua DPR 2019-2024
Kembali lagi ke pertanyaan utama, apakah kita butuh wakil perempuan di ranah politik Indonesia ? Tentu . Dalam dunia perpoltikan kita memerlukan kedua gender, laki -- laki dan perempuan. Memahami permasalahan yang didominasi perempuan, kita memerlukan wakil perempuan di ranah politik untuk mencari solusinya. Â
Seperti mengenai kekerasan perempuan. Begitu pula dalam suatu studi kasus yang didominasi oleh laki -- laki, pencari solusi terbaik juga berasal dari laki -- laki.
Dengan diangkat Puan Maharani sebagai ketua DPR 2019-2024 bukan menjadi kebanggan kaum perempuan atas kemenangannya. Namun lebih kepada harapan dengan berbagai permasalahan yang dialami perempuan Indonesia. Karena Indonesia masih kurang pendidikan gender, sehingga penghormatan perempuan yang penuh kelemahan jauh dari kata hormat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H